Reporter: Roy Franedya, Nina Dwiantika |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) bisa bernafas lega karena target kredit pertumbuhan kredit bawah sudah terpenuhi. Sayang, penyaluran kredit tidak diikuti dengan naiknya dana pihak ketiga (DPK). Pada minggu ketiga Desember 2010, bank mencatatkan penurunan DPK sebesar Rp 1,94 triliun menjadi Rp 2.217,27 triliun. Penurunan tersebut berasal dari penurunan DPK Valas sebesar Rp 312,52 triliun. "Secara Tahunan (yoy) DPK tumbuh 16,41%," ujar Kepala Humas BI Diffi A Johansyah.
BI mencatat penurunan tersebut terjadi pada kelompok bank BUMN, bank swasta, bank campuran dan BPD dimana penurunan tertinggi terjadi bank BUMN sebesar Rp 7,72 triliun sedangkan DPK KCBA hanya naik Rp 67 miliar. "Jika dilihat per komponen, penurunan DPK selama pekan laporan disebabkan turunnya Deposito dan Giro masing-masing sebesar Rp 5,78 triliun dan Rp 1,63 triliun," terang Diffi.
Sementara DPK rupiah mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan DPK rupiah terjadi pada bank swasta, BUMN dan KCBA dimana peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok Bank BUMN mencapai Rp 5,84 triliun. Sementara kelompok bank campuran turun Rp 3,98 triliun dan BPR turun Rp 67 miliar.
Direktur Ritel Banking Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan terpenuhinya target kredit perbankan tersebut dikarenakan sudah lebih membaiknya kondisi sektor riil tahun ini ketimbang tahun lalu. "Tahun ini pembangunan infrastruktur lebih gencar dan masyarakat juga lebih berani untuk mengajukan kredit yang sifatnya untuk konsumsi," ujarnya.
Terkait penurunan DPK Valas, Kostaman menjelaskan turunnya DPK valas karena banyaknya investor asing yang melakukan profit taking dari penguatan nilai tukar rupiah yang sudah terjadi sepanjang tahun. "Tetapi ini sifatnya sementara awal tahun depan asing akan masuk lagi dan DPK Valas anak tumbuh lagi," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News