kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

LinkAja tempatkan floating fund di bank BUKU IV milik Himbara


Rabu, 16 Oktober 2019 / 18:06 WIB
LinkAja tempatkan floating fund di bank BUKU IV milik Himbara
ILUSTRASI. Konsumen melakukan scan barkode LinkAja untuk melakukan pembayaran menggunakan aplikasi uang elektronik LinkAja saat peluncuran LinkAja di Jakarta, Minggu (30/6). Finarya sebagai pemegang izin uang elektronik LinkAja menerapkan arahan BI dalam mengelola d


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) sebagai pemegang izin uang elektronik LinkAja menerapkan arahan Bank Indonesia dalam mengelola dana mengendap atau floating fund.

Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik, 30% dana tersebut ditempatkan di Bank BUKU IV dan sisanya di Surat Berharga Negara (SBN).

Baca Juga: Wujudkan SPI, BI wajibkan fintech simpan dana menganggur di bank BUKU IV dan SBN

Langkah ini BI ambil agar menghindari praktik shadow banking yang dapat dilakukan oleh pemain fintech payment sebagai penyelenggara uang elektronik berbasis server. Direktur Utama LinkAja Danu Wicaksana menyatakan sejak April 2019 sudah menerapkan hal ini.

Ia menyebut dana tersebut di tempatkan di current account and saving account bank BUKU IV milik himpunan bank negara (HIMBARA). Artinya LinkAja menempatkan dana floating fund yang ada pada tabungan dan giro di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (BNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).

“Kebijakannya friendly untuk industri dengan tetap memegang risk management yang baik. Jadi kami menyambut positif. SBN-nya tenor pendek. Ini kan sangat rendah risikonya. Jadi sebenarnya beda dengan equity dengan risk yang jauh lebih besar,” ujar Danu kepada Kontan.co.id pada Rabu (16/10).

Danu menyatakan sejak Maret hingga Agustus 2019, terjadi kenaikan jumlah transaksi di LinkAja hingga 4 kali lipat atau 400%. Namun hingga akhir tahun, fintech payment ini menargetkan dapat meningkatkan transaksi hingga 6 kali lipat.

Baca Juga: Bank memacu transaksi remitansi guna memupuk fee based income

Ia menyebut saat ini jumlah pengguna terdaftar di seluruh Indonesia sudah mencapai 32 juta. Namun, uniknya pengguna LinkAja dari Jabodetabek hanya 25%. LinkAja juga mengandeng PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Kerja sama ini agar LinkAja bisa menjadi alat pembayaran tiket bagi pengguna KRL Commuter Line.

Danu mengatakan, penggunaan LinkAja di moda transportasi publik merupakan inovasi terbaru dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para pengguna setia.

Baca Juga: Kian pesimistis, bankir memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini cuma single digit

Lanjut Ia, LinkAja sudah melakukan penggunaan uji coba di KRL Commuter Line dengan lancar. Secara paralel kami akan terus berkonsultasi dengan Bank Indonesia selaku regulator.

Sampai dengan saat ini, secara teknis telah tersedia 200 gate elektronik di 80 stasiun yang telah dilengkapi dengan scanner milik KCI untuk menerima transaksi LinkAja. Selanjutnya, KCI akan terus menambah jumlah gate elektronik ini hingga mencapai 400 gate.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×