Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB) terus menyalurkan dana bergulir kepada koperasi di tengah pandemi Covid-19. LPDB menargetkan dapat menyalurkan dana bergulir sebesar Rp 1,85 triliun sepanjang 2020.
Guna mencapai target itu, LPDB menyalurkan dana bergulir senilai Rp 5 miliar kepada koperasi simpan pinjam syariah (BMT) itQan.
"Jangka waktu pembiayaan selama 42 bulan sudah termasuk grace periode pengembalian pokok selama enam bulan," kata Dirut LPDB KUMKM Supomo dalam keterangan tertulis pada Sabtu (20/6).
Baca Juga: Kemenkop UKM siapkan tiga fase pemulihan koperasi terdampak Covid-19
Ia bilang BMT itQan berdiri pada 2007 lalu. Koperasi ini memiliki total aset per Desember 2019 sebesar Rp55,8 miliar dengan jumlah anggota sebanyak 15.509 orang.
Saat ini, BMT itQan memiliki delapan kantor layanan yang tersebar di wilayah Provinsi Jawa Barat, meliputi wilayah kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Garut.
Menurut penilaian LPDB, BMT itQan merupakan koperasi syariah berkinerja baik. Supomo melanjutkan koperasi ini sudah melakukan langkah relaksasi bagi anggota koperasi yang usahanya terdampak pandemi Covid-19. Caranya, dengan menunda pembayaran angsuran berikut bunganya.
"Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini LPDB KUMKM hadir untuk mendukung BMT itQan supaya terus bisa mengayomi seluruh anggotanya dan bisa tetap survive di tengah kebijakan PSBB", tukas Supomo.
Sementara itu, Ketua BMT itQan Adhi Suryadi menjelaskan, pola pembiayaan kepada anggota BMT itQan sebagian besar menggunakan pola kelompok atau majelis (pola Grameen Bank), di mana saat ini BMT itQan memiliki sekitar 514 kelompok dengan anggota perkelompok 10-30 orang.
"KSPPS BMT itQan juga sudah mengembangkan aplikasi itQan Mobile yang memudahkan anggota untuk melakukan layanan melalui smartphone, seperti cek saldo dan mutasi, transfer, pembayaran dan pembelian", jelas Adhi.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa pelaku usaha mikro dan ultra mikro sangat membutuhkan sosok dan kehadiran koperasi atau koperasi syariah (BMT) yang dekat dengan mereka.
Teten menekankan koperasi atau BMT harus memahami kebutuhan pelaku usaha anggotanya, dengan memberikan kemudahan dalam memperoleh akses pembiayaan.
"Koperasi atau BMT harus menjadi solusi masalah keuangan anggotanya, khususnya pelaku usaha mikro dan ultra mikro. Mereka butuh pembiayaan yang mudah. Percuma murah kalau sulit diakses", tegas Teten.
Baca Juga: LPDB restrukturisasi Rp 181,2 miliar pinjaman dana bergulir dari 40 koperasi
Bahkan, Teten menginginkan ke depan seluruh pembiayaan UMKM melalui koperasi. Dengan catatan, seluruh koperasi yang bergerak di sektor simpan pinjam (KSP) berkinerja dan berpredikat baik.
"Saya akui, meski KUR jumlahnya besar dan berbunga sangat murah, namun tidak mudah bagi UMKM untuk mengaksesnya", aku Teten.
Selain itu, Menkop juga mendorong koperasi dan seluruh anggotanya untuk masuk ke sektor-sektor unggulan, seperti komoditi pangan, perikanan, perkebunan, dan sebagainya. Dalam catatannya, 98% sektor perikanan dimiliki UMKM, begitu juga dengan komoditi kopi dimana 95% masih merupakan rakyat.
"Koperasi harus konsolidasi untuk masuk ke sektor-sektor unggulan, karena masih ada peluang. Saya yakin, perbankan pun mau membiayai bila sudah ada offtaker", tukas Teten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News