kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LPS: Bunga simpanan stabil tapi sulit turun


Rabu, 14 Desember 2016 / 17:34 WIB
 LPS: Bunga simpanan stabil tapi sulit turun


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi akan sulit menurunkan tingkat bunga penjamin simpanan. Kepala Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS, Dody Arifianto mengatakan, saat ini LPS masih akan menunggu bagaimana tren suku bunga simpanan. 

“Masih sekitar 3 sampai 6 bulan pasar akan volatile, kita melihat bagaimana tren suku bunga simpanan di pasar, kalau memang turun kita juga akan turunkan,” kata Dody, Rabu (14/12).

Artinya, sampai LPS saat ini masih akan menjaga Tingkat Bunga Penjaminan untuk periode 15 September 2016 sampai dengan 15 Januari 2017 sebesar 6,25% untuk simpanan rupiah. Sementara, simpanan valuta asing (valas) bunga penjaminannya masih di level 0,75%.

Adapun, simpanan rupiah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih dipatok sebesar 8,75%. Angka tersebut menurun jika dibandingkan bulan Juni hingga 14 September 2016 sebesar 6,75% untuk rupiah dan 9,25% untuk BPR.

Dody menyebut, tingkat bunga penjaminan tersebut masih sesuai dengan arah perkembangan suku bunga simpanan perbankan saat ini. Ia menambahkan, menurutnya saat ini kondisi makro di Indonesia masih terbilang stabil. Kendati demikian, Dody memperkirakan likuiditas saat ini cenderung mengalami pengetatan, meski begitu hal tersebut masih ditopang dari kebijakan moneter yang melonggar. “Jadi tingkat suku bunga sekarang itu stabil, tapi tidak akan menurun,” imbuhnya.

Adapun, mengenai penurunan dan kenaikan suku bunga saat ini masih sangat tergantung faktor eksternal khususnya kebijakan moneter Amerika Serikat pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. “Faktor Donald Trump juga masih harus diperhatikan karena sangat berpotensi meningkatkan volatilitas pasar keuangan global khususnya emerging market termasuk Indonesia,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×