Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Perbankan Tanah Air menghadapi tantangan berat di tahun 2014. Bertolak belakang dengan definisi Tahun Kuda yang identik dengan berlari cepat, perbankan malah harus semakin berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Selain terbelit masalah likuiditas seret, perbankan juga menghadapi ancaman kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyatakan, dalam tempo tiga bulan hingga enam bulan mendatang, rasio NPL perbankan bakal naik. Hitungan LPS, potensi kenaikan rasio NPL sebesar 0,5% - 1%. "Perbankan harus melakukan perlambatan penyaluran kredit," kata Kartika.
Pemicu kenaikan kredit bermasalah adalah perlambatan ekonomi dan tren kenaikan bunga kredit. Maklum, Bank Indonesia (BI) memperketat moneter lewat kenaikan suku bunga acuan alias BI rate. Catatan BI, rasio NPL nett perbankan masih dalam keadaan sehat atau di bawah 1%, di penghujung akhir tahun 2013.
Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, mengatakan, salah satu fokus Bank Mandiri di tahun ini adalah mengawasi kredit bermasalah. Prediksi bank dengan aset terbesar ini, potensi kenaikan NPL terbesar terjadi pada sektor seperti pertambangan dan perdagangan, yang berkaitan dengan ekspor. "Sektor tersebut kami perhatikan. Kami juga akan menjaga NPL di level 2% pada tahun ini," jelas Budi.
Di akhir November 2013, bank pelat merah ini mencatatkan rasio NPL sebesar 1,7%. "Kami terus memperbaiki kredit bermasalah untuk menopang pendapatan laba, karena laju pertumbuhan kredit tidak sekencang tahun lalu," tambah Budi.
A. Prasetyantoko, Kepala Ekonom BTN, menilai, ada sejumlah sektor yang harus diawasi ketat oleh perbankan. Sebut saja,sektor perdagangan, properti dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Secara umum akan terjadi kredit yang buruk jika kondisi ekonomi masih lemah seperti ini," kata Prasetyantoko.
Ancaman kenaikan NPL juga dihadapi bank kecil. Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana, mengatakan, pihaknya memperketat sistem demi mencegah lonjakan NPL.
Misalnya, jika status pembayaran debitur tidak lancar selama tiga atau enam bulan, Bank Ina Perdana akan menangani debitur dengan penanganan khusus. "Posisi terakhir NPL nett kami 0,26%. Target kami NPL tidak lebih 1% di tahun ini," ujar Edy.
Sementara, Bambang Setiawan, Compliance & HR Director ICB Bumiputera, mengatakan, pihaknya menargetkan rasio NPL bisa turun menjadi 2% di akhir tahun 2014 dari posisi 3,9%, per September 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News