Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Direktur Keuangan Maybank Indonesia Thilagavathy Nadason bilang ada dua alasan Maybank Indonesia pasang target konservatif. Pertama, Maybank Indonesia mengaku bakal lebih berhati-hati menyalurkan kredit. Kedua ihwal persiapan implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 71.
“Kami tidak mau menyalurkan kredit cuma untuk meningkatkan pertumbuhan. Di tengah kondisi ekonomi yang masih lambat, misalnya tahun ini memberikan kredit dua hingga tahun berikutnya pasti akan jadi kredit bermasalah,” katanya usai paparan publik di Jakarta, Rabu (18/12).
Per September 2019, perseroan sendiri telah menyalurkan kredit Rp 129,80 triliun dengan pertumbuhan negatif 1,1% (yoy) dibandingkan September 2018. Adapula biaya provisinya meningkat 59,4% (yoy) menjadi Rp 1,59 triliun.
Baca Juga: Bank Mandiri sediakan dana Rp 200 miliar untuk bekerjasama dengan Investree
Sementara per September 2019, aset Maybank Indonesia masih tercatat tumbuh 2,6% (yoy) dari Rp 173,28 triliun pada September 2018 menjadi Rp 177,85 triliun pada September 2019.
“Kondisi ekonomi belum dapat mendukung pertumbuhan aset. Tahun depan kami juga proyeksikan pertumbuhan cuma single digit, sama seperti proyeksi kami hingga akhir tahun,” sambung Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dalam kesempatan serupa.
Target pertumbuhan aset yang mini juga dipasang BUKU 3 lainnya yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Banten Tbk (BJBR).
Corporate Secretary Bank BJB Muhammad Asadi Budiman bilang tahun depan perseroan targetkan pertumbuhan aset di kisaran 7%-8%, pertumbuhan kredit di kisaran 10%-11%, dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9%-10%.