Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk asuransi yang diinvestasikan atau kerap dikenal unitlink akan memasuki babak baru di tahun ini. Mengingat, aturan yang terbit pada tahun lalu ini akan menyelesaikan masa transisi di kuartal pertama tahun ini.
Dengan berakhirnya masa transisi tersebut, beberapa perusahaan asuransi pun bisa menggenjot kembali penjualan produk ini sesuai dengan aturan yang baru. Di sisi lain, nasabah yang ingin beli produk ini pun perlu memperhatikan strategi investasi yang dilakukan.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan bahwa unitlink dengan fund berbasis pendapatan tetap yang paling memiliki potensi imbal hasil positif di tahun ini.
Ini berarti menyusul dengan kinerja unitlink fund pendapatan tetap yang menjadi satu-satunya yang memberi imbal hasil positif di 2022.
Baca Juga: Bisnis Asuransi Jiwa Patok Target Premi Tumbuh Dobel Digit Tahun Ini
Berdasarkan data Infovesta, imbal hasil unitlink pendapatan tetap sepanjang 2022 ada di level 0,11%. Sementara, imbal hasil unitlink saham ada di level -3,62% dan unitlink campuran di level -0,42%.
Wawan menjelaskan alasan aset pendapatan tetap lebih diunggulkan di tahun ini adalah tren kenaikan suku bunga sudah cukup terbatas. Mengingat, dari kebutuhan makro ekonomi di Indonesia belum ada kebutuhan drastis untuk menaikkan suku bunga.
Meskipun demikian, Wawan tidak menutup kemungkinan unitlink saham memiliki imbal hasil positif di tahun ini. Namun, perlu dilihat dari portofolio saham yang dimiliki dalam produk unitlink-nya.
“Dengan aturan baru yang ada, seharusnya perusahaan lebih konservatif dan fokus pada kualitas aset,” ujarnya.
Ia mencontohkan saham-saham yang memiliki fundamental baik dan memiliki kapitalisasi besar. Misal, saham-saham di sektor keuangan, consumer good, dan infrastruktur.
Baca Juga: Dana Kelolaan Kustodian Bank CIMB Niaga Naik 8,39%
Di sisi lain, Wawan melihat bahwa perusahaan asuransi jiwa saat ini masih melakukan pemindahan investasi unitlink dari reksadana menjadi pengelolaan sendiri atau melalui Kontrak Pengelolaan Dana (KPD).
Berdasarkan catatannya, masih ada dana investasi unitlink di reksadana sekitar Rp 110 triliun dari sebelumnya Rp 150 triliun. Menurutnya, pemindahan tersebut baru akan selesai di semester kedua tahun ini.
Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan bilang saat ini pihaknya tidak ada strategi khusus untuk produk unitlink. Namun, sedang melakukan proses revamp produk unitlink disertai beberapa perbaikan bisnis proses untuk memudahkan penjualan produk unit link ke nasabah.
Ia menggambarkan kondisi hingga akhir 2022 lalu, unitlink pendapatan tetap masih bertumbuh positif walaupun kondisi market yang cukup volatile. Unitlink Dana Likuid BNI Life sudah mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan (AUM) lebih dari 90%.
Di sisi lain, fund jenis saham masih memberikan return tertinggi di tahun 2022, walaupun pertumbuhan IHSG tidak seperti proyeksi namun kami berhasil memanfaatkan momentum melalui yang lebih tinggi dari pertumbuhan IHSG. Ini terlihat pada fund B-life dana maxima plus yang memberikan return 6.67% secara ytd pada Desember 2022.
Baca Juga: Penny K. Lukito, Kepala BPOM: Kosmetik Diawasi Secara Komprehensif
“Mayoritas masih didominasi pada sektor keuangan dan infrastruktur,” ujar Eben.
Sedikit berbeda, Direktur MNC Life Johanes melihat dengan kondisi ekonomi yang masih belum stabil dan adanya aturan unitlink yang baru menyebabkan unitlink perlu waktu konsolidasi dan penyesuaian.
“Tahun ini kami fokus ke produk Non Unitlink,” ujarnya.
Meski demikian, Ia menjelaskan kinerja imbal hasil produk unitlink MNC Life selama tahun 2022 masih terlihat positif. Secara tahunan, kinerjanya positif sebesar 19.24%.
Contohnya, imbal hasil terbesar berasal dari fund MNC Aktif yakni 33.26% dan Ia menyebutkan fund tersebut merupakan dana kelolaan terbesar untuk produk unitlink MNC Life.
Baca Juga: Anime Adventures Code Desember 2022, Klaim Sekarang untuk Mendapatkan Gem Gratis!
Portofolio penempatan saham MNC Life cukup bervariasi namun mayoritas merupakan emiten pada sektor Barang Konsumen Non Primer dan Energy.
Menurutnya, mendekati pemilu 2024 akan terdapat peningkatan pada salah satu aktivitas belanja masyarakat yakni dalam hal konsumsi barang non-primer, yaitu barang yang bersifat sekunder seperti mobil dan komponennya, barang rumah tangga tahan lama, pakaian, sepatu, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News