Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan gagal bayar belakangan ini begitu marak di industri fintech peer to peer (P2P) lending. Alhasil, lender juga serentak menggugat platform fintech P2P lending karena permasalahan gagal bayar. Contoh fintech lending yang sudah digugat para lender, yaitu Investree, iGrow, dan TaniFund.
Mengenai hal itu, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai ada banyak faktor yang menyebabkan gagal bayar terjadi.
Salah satu kesalahan yang paling mendasar, yakni ketika proses credit scoring borrower yang kemungkinan besar tidak valid atau tidak mencerminkan kemampuan bayar dari borrower.
Baca Juga: Lender Individu Fintech Mulai Turun
"Oleh karena itu, ketika dilakukan credit scoring, data-data alternatif tidak menunjukkan hasil yang valid dalam memperkirakan kemampuan bayar calon borrower. Proses yang mudah dan cepat, dilakukan tanpa perhitungan yang akurat, akhirnya yang terjadi kualitas borrower menjadi jelek," katanya kepada Kontan, Senin (21/1).
Nailul mengatakan perlu adanya perbaikan, tak hanya dalam hal penagihan, tetapi juga dalam proses credit scoring. Jika perlu, ajukan data perbankan atau jasa keuangan lainnya sebagai data pembanding. Dengan demikian, validasi credit scoring bisa selaras dengan kemampuan bayar calon borrower.
Baca Juga: Sebanyak 13 Pinjol Belum Turunkan Bunga Pinjaman, Begini Tanggapan AFPI
"Jangan sampai orang dengan kualitas kredit buruk di perbankan, mencari jalan pintas melalui fintech P2P Lending," ungkapnya.
Sementara itu, Nailul juga mengatakan kemungkinan fraud pasti ada dalam sistem credit scoring. Oleh karena itu, dia menyarankan fintech P2P lending bisa menggunakan data SLIK sebagai data pembanding. Hal itu bisa menjadi acuan bagi fintech P2P Lending menilai proses credit scoring calon borrower.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News