kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Masyarakat Indonesia sadar asuransi tapi ogah beli


Selasa, 20 Mei 2014 / 16:43 WIB
Masyarakat Indonesia sadar asuransi tapi ogah beli
ILUSTRASI. Coupon The Spike Volleyball Story 2022 Update Desember, Cek yang Masih Aktif di sini


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Ironis. Mungkin satu kata ini tepat menggambarkan industri asuransi di Tanah Air. Tengok saja, berdasarkan hasil survei Swiss Re, kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia cukup tinggi. Namun, hal itu tidak diikuti dengan pembelian produk asuransi. Jangan heran, jika penetrasinya masih rendah, yakni kurang dari 2%.

Williem Hoesen, Vice President of Client Markets Medical Insurance Swiss Re mengatakan, survei yang melibatkan enam negara tersebut melansir 89% masyarakat Indonesia menyadari pentingnya asuransi kesehatan. “Namun, hanya 17% yang memiliki dan memutuskan membeli produk asuransi kesehatan,” ujarnya, Selasa (20/5).

Kondisi serupa terjadi di India, 95% masyarakatnya mengetahui kebutuhan berasuransi, namun hanya 17% yang memiliki proteksi. Tak ubahnya di Thailand, sebanyak 87% masyarakatnya menyadari dan cuma 30% yang memutuskan memiliki proteksi.

Berbeda halnya dengan Malaysia. Di Negeri Jiran, selain kesadaran masyarakatnya tinggi, masyarakat yang memegang polis asuransi kesehatan juga bejibun, yaitu hingga 81%. Lalu di China, dari total 94% masyarakat yang menyadari pentingnya asuransi, 85% di antaranya telah membeli produk asuransi.

Menurut Williem, kesadaran masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap asuransi tidak diikuti dengan keputusan untuk membeli produk. Ini menjadi tantangan bagi pelaku industri di Tanah Air. “Penyedia layanan asuransi harus bisa mengubah kesadaran menjadi kepemilikan asuransi terutama di Indonesia yang kesenjangan perlindungan asuransinya cukup besar,” terang dia.

Adapun, survei Swiss Re dilakukan terhadap 2.500 orang di Hong Kong, China, Thailand, Indonesia, India dan Malaysia. Survey dilakukan terhadap koresponden yang berusia 20 – 70 tahun yang belum atau sudah memiliki asuransi. Survey tersebut dilakukan Juni – Juli 2013 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×