Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ironis. Mungkin satu kata ini tepat menggambarkan industri asuransi di Tanah Air. Tengok saja, berdasarkan hasil survei Swiss Re, kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia cukup tinggi. Namun, hal itu tidak diikuti dengan pembelian produk asuransi. Jangan heran, jika penetrasinya masih rendah, yakni kurang dari 2%.
Williem Hoesen, Vice President of Client Markets Medical Insurance Swiss Re mengatakan, survei yang melibatkan enam negara tersebut melansir 89% masyarakat Indonesia menyadari pentingnya asuransi kesehatan. “Namun, hanya 17% yang memiliki dan memutuskan membeli produk asuransi kesehatan,” ujarnya, Selasa (20/5).
Kondisi serupa terjadi di India, 95% masyarakatnya mengetahui kebutuhan berasuransi, namun hanya 17% yang memiliki proteksi. Tak ubahnya di Thailand, sebanyak 87% masyarakatnya menyadari dan cuma 30% yang memutuskan memiliki proteksi.
Berbeda halnya dengan Malaysia. Di Negeri Jiran, selain kesadaran masyarakatnya tinggi, masyarakat yang memegang polis asuransi kesehatan juga bejibun, yaitu hingga 81%. Lalu di China, dari total 94% masyarakat yang menyadari pentingnya asuransi, 85% di antaranya telah membeli produk asuransi.
Menurut Williem, kesadaran masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap asuransi tidak diikuti dengan keputusan untuk membeli produk. Ini menjadi tantangan bagi pelaku industri di Tanah Air. “Penyedia layanan asuransi harus bisa mengubah kesadaran menjadi kepemilikan asuransi terutama di Indonesia yang kesenjangan perlindungan asuransinya cukup besar,” terang dia.
Adapun, survei Swiss Re dilakukan terhadap 2.500 orang di Hong Kong, China, Thailand, Indonesia, India dan Malaysia. Survey dilakukan terhadap koresponden yang berusia 20 – 70 tahun yang belum atau sudah memiliki asuransi. Survey tersebut dilakukan Juni – Juli 2013 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News