Reporter: Roy Franedya | Editor: Johana K.
JAKARTA. Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) akan lebih fokus pada pembiayaan pada sektor mikro dan gadai. Fokus pembiayaan ini sama seperti fokus pembiayaan tahun lalu lantaran dua sektor ini sangat prospektif dan banyak permintaan.
Direktur utama BSMI Beny Widjaksono mengatakan untuk mensukseskan niatan ini pihaknya telah menekan pembiayaan pada sektor join financing dan komersial."Sektor ini sangat banyak pemainnya dan pola marketing pada persaingan margin sehingga tidak kompetitif lagi," ujarnya.
Tahun ini, BSMI menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 30% atau Rp 3,96 triliun. Tahun 2009 lalu, BSM menyalurkan pembiayaan Rp 3,19 triliun. Komposisinya, sektor mikro menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,04 triliun, gadai Rp 122,84 miliar, komersial Rp 373 miliar dan join financing Rp 660,51 miliar.
Namun, fokus ini bukan tanpa masalah. Lihat saja Non Performing Financing (NPF) gross BSMI yang mengalami kenaikan dari 1,5% menjadi 2,07% di tahun 2009 lalu.
Direktur Operasi BSMI Marjana mengatakan naiknya NPF ini disebabkan ada kenaikan kredit berpotensi macet di sektor mikro dan join financing. "Sektor ini memang sangat rentan karena kreditnya kecil-kecil dan sulit untuk diprediksi prospeknya," ujarnya.
Namun, Marjana bilang, pihaknya sudah mengatasi ini dengan melakukan pencadangan dan melakukan write off (penghapusbukuan). "Pencadangan sudah kami lakukan sesuai dengan ketentuan BI. Kalau write off disesuaikan dengan karakter pembiayaannya. tahun lalu kami hanya melakukan write off sebesar 0,25% dari total pembiayaan," tambahnya. BSMI mencadangkan write off join financing sebesar 0,25%. Sementara mikro 3-4%.
Terkait penerbitan obligasi subordinasi (subdebt), BSMI menegaskan. masih belum membutuhkan pada saat ini. Padahal BSMI berencana menerbitkan subdebt Rp300 miliar pada semester I/2010."Sebenarnya dari pihak likuiditas, tidak terlalu membutuhkan," tambah Beny.
Kondisi rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) saat ini sebesar 11,2%. Jika perseroan jadi menerbitkan subdebt, maka CAR perseroan akan menambah 3%.
Tapi, hingga Maret lalu perseroan mengkonversi 50% laba menjadi modal. Sehingga CAR perseroan menjadi 12,14%. Selain itu, berdasarkan perhitungan BSMI biaya untuk menerbitkan subdebt ini sangat tinggi sekitar 10,5% atau sama dengan Rp 30 miliar per tahun. "Kondisi modal ini masih sangat cukup. Jadi kemungkinannya ditunda," pungkasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News