Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lambatnya laju pertumbuhan kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kian menjadi sorotan. Terutama, di tahun 2024, pertumbuhan kredit UMKM tercatat yang paling lambat selama lima tahun terakhir.
Data Bank Indonesia (BI) mencatat kredit yang disalurkan ke sektor UMKM hanya tumbuh 3% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.405 triliun. Di mana, pertumbuhan kredit paling mini terjadi untuk skala usaha mikro yang hanya tumbuh 0,8% YoY.
Pertumbuhan yang mini tersebut pun juga turut menjadi perhatian regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemerintah.
Baca Juga: Saham Bank Jumbo Terperosok, Simak Rekomendasi Analis Berikut
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae yang bilang pihaknya berupaya mendorong pertumbuhan UMKM guna mewujudkan pertumbuhan perekonomian nasional.
Menurutnya, di 2025 ini, ada optimisme laju pertumbuhan kredit UMKM bakal membaik. Alasannya, terdapat beberapa program pemerintah yang dirancang untuk menguatkan daya beli masyarakat, antara lain insentif pajak penghasilan bagi pekerja industri padat karya dan diskon pembelian listrik bagi pengguna kelas menengah.
“Saat ini OJK sedang melakukan analisis terhadap rencana bisnis bank termasuk pertemuan dengan bank-bank, yang di antaranya membahas rencana pertumbuhan kredit UMKM,” ujarnya belum lama ini.
General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil Bank PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Sunarna Eka Nugraha membenarkan bahwa kredit UMKM sepanjang 2024 mengalami tekanan.
Baca Juga: Airlangga: Fasilitas Kredit Sektor Padat Karya Diharapkan Dorong Produksi Ekspor UMKM
Menurutnya, tantangan yang dihadapi oleh sektor UMKM, di antaranya penurunan permintaan pasar yang memengaruhi omzet dan kemampuan mereka dalam memenuhi kewajiban kredit.
Sepanjang 2024, kredit UMKM yang disalurkan BNI juga mengalami koreksi, baik itu untuk usaha kecil maupun menengah. Koreksi paling dalam terjadi pada kredit usaha kecil yang turun 10,8% YoY, sementara kredit di sektor menengah terkoreksi sekitar 2% YoY.
Meski demikian, Sunarna bilang BNI tetap akan berupaya mendukung UMKM dengan strategi pembiayaan yang efektif dan berkualitas. Di mana, beberapa kriteria tetap dilakukan agar kualitas kreditnya tetap membaik.
Misanya, BNI hanya akan menggarap Value Chain Nasabah Korporasi, Digital Ecosystem, dan mitra kerja sama. Serta penggunaan scoring system, untuk meningkatkan akurasi dalam menilai kelayakan debitur.
“Targetnya tumbuh dobel digit,” ujar Sunarna.
Baca Juga: Saham Bank Besar Loyo, Simak Rekomendasi dari Analis Berikut
Sementara itu, Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk Efdinal Alamsyah bilang risiko kredit yang tinggi membuat pihaknya lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor UMKM, mengingat potensi meningkatnya kredit bermasalah.