Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum hilang dari ingatan berbagai permasalahan gagal bayar yang dialami beberapa perusahaan tekstil di Indonesia. Mulai dari Pan Brothers hingga Sritex mengalami hal yang serupa.
Meski kondisi berkata demikian, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa pentingnya dukungan terhadap industri tekstil. Mengingat, sektor ini merupakan sektor padat karya yang melibatkan banyak tenaga kerja.
Oleh karenanya, Prabowo telah memberikan pengarahan pada bank-bank BUMN untuk tetap mendukung industri tekstil. Dalam hal ini tentunya berkaitan dengan penyaluran kredit ke sektor tersebut.
Baca Juga: Penyelamatan Industri Tekstil Tak Boleh Fokus Hanya pada Satu Perusahaan
Menurutnya, pasar domestik Indonesia sangat besar yang bisa menyerap produk tekstil maupun alas kaki. Contohnya, kebutuhan seragam sekolah di mana Indonesia memiliki sekitar 44 juta anak sekolah.
“Kemarin kami rapat, panggil Dirut Himbara (bank BUMN), Gubernur BI hadir, Menko Perekonomian juga hadir. Kita beri pengarahan kepada Himbara bahwa industri padat karya, seperti tekstil harus didukung," ujarnya, Selasa (8/4).
Setali tiga uang, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan semangat presiden untuk mendorong industri tekstil memang diperlukan. Hanya saja, ia bilang itu perlu melihat nantinya respons dari perbankan seperti apa.
Baca Juga: Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri
“Karena seperti dikatakan presiden, belum tentu industri tekstil kita itu sudah sunset,” ujarnya ketika ditemui, Selasa (8/4).
Ia menambahkan bisa jadi sebenarnya ada peluang untuk industri tekstil dengan kemajuan teknologi dan mesin. Sehingga, dengan dukungan dari perbankan bisa mengembangkan kompetisi tersebut.
Dalam hal ini, Dian juga menegaskan bahwa tentunya ini juga harus dilihat ke depannya bagaimana. Karena perlu memperhatikan secara komprehensif soal kebijakan perdagangannya, perpajakan hingga masalah investasi.
Jika berbicara data, penyaluran kredit ke sektor tekstil memang tak dirinci secara khusus. Kredit-kredit ke sektor tersebut masuk dalam kredit industri pengolahan yang digabung dengan sektor lainnya.
Per Februari 2025, data Bank Indonesia (BI) mencatat kredit modal kerja untuk industri pengolahan dan sejenisnya masih tumbuh 10,9% secara tahunan (YoY). Sementara, untuk kredit investasi di segmen yang sama tumbuh 10,8% YoY.
Menanggapi hal itu, Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara bilang bahwa sub industri tekstil merupakan bagian dari sektor pengolahan yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Revisi Beleid Impor Berpotensi Selamatkan Industri Tekstil
Secara umum, ia menyebut Bank Mandiri memandang sektor manufaktur masih memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan, khususnya pada industri bernilai tambah tinggi.
Hingga akhir Februari 2025, penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor manufaktur termasuk tekstil tercatat sebesar Rp 182,9 triliun atau sekitar 14% dari total portofolio kredit.