kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengintip Prospek Laba Bank-Bank Besar pada Kuartal I di Tengah Tantangan Suku Bunga


Senin, 01 April 2024 / 04:15 WIB
Mengintip Prospek Laba Bank-Bank Besar pada Kuartal I di Tengah Tantangan Suku Bunga
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di atm di Bintaro Tangerang Selatan, Jumat (6/10/2022). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/06/01/2023


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya bank-bank bermodal besar atau KBMI 4 untuk mencetak laba besar di tiga bulan pertama 2024 tak akan semudah itu. Tantangan bunga tinggi disebut-sebut bisa menghambat catatan kinerja laba mereka.

Jika menilik laporan bulanan Februari 2024 dari empat bank yang masuk dalam KBMI 4, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mampu mencatatkan pertumbuhan laba di periode tersebut. Bank swasta terbesar tanah air tersebut mencatat laba bersih tahun berjalan Rp 8,27 triliun atau naik 2,01% secara tahunan (YoY).

Adapun, pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan pendapatan bunga bersih (NII) yang tumbuh 5,69% YoY menjadi Rp 12,13 triliun. Di mana, kredit yang disalurkan pun tumbuh 15,06% menjadi Rp 790,19 triliun.

Di sisi, tiga bank KBMI 4 lainnya yang juga merupakan bank pelat merah pun terlihat loyo di periode yang sama. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) kompak mencatat penurunan laba.

Baca Juga: Hingga Februari 2024, BNI Memiliki Lebih dari 300 Ribu Mesin EDC

Penurunan terbesar dicatatkan oleh BNI yang membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp 3,04 triliun atau turun 5,91% YoY. Ini sejalan dengan penurunan NII yang dicatatkan bank berlogo 46 ini sekitar 11,16% YoY menjadi Rp 5,98 triliun.

Sementara itu, BRI juga mencatatkan penurunan laba sekitar 3,51% YoY menjadi Rp 8,06 triliun. Ini menempatkannya sebagai bank pelat merah dengan laba terbesar di periode tersebut, meski kalah dengan BCA.

Meski demikian, BRI memiliki NII dengan kenaikan terbesar di Februari 2024. Di mana, NII bank yang dengan wong cilik ini senilai Rp 18,72 triliun atau mengalami kenaikan sekitar 7,31% YoY.

Terakhir, ada Bank Mandiri yang membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp 7,15 triliun. Capaian tersebut mengalami koreksi sekitar 3,09% dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 7,38 triliun

Namun, bank berlogo pita emas ini menjadi bank KBMI 4 yang memiliki pertumbuhan kredit paling besar. Kredit yang disalurkan Bank Mandiri per Februari 2024 tumbuh 19,38% YoY menjadi Rp 1.098,4 triliun,

Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo melihat tantangan terbesar di kuartal pertama tahun ini masih terkait tingkat suku bunga. Menurutnya, tantangan tersebut masih akan dihadapi setidaknya hingga separuh pertama tahun ini.

Ia memproyeksikan jika nantinya suku bunga acuan bisa turun di separuh kedua tahun ini, itu menjadi katalis dalam meningkatkan permintaan kredit. Di mana, Bank Mandiri tetap optimistis  tumbuh sesuai guidance yaitu kredit konsolidasi tumbuh 13% - 15% YoY.

Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) Catat Pertumbuhan KPR Subsidi dan Non Subsudi 66%

“Kami akan terus memperkuat core competence di segmen wholesale dan memaksimalkan potensi bisnis dari ekosistemnya,” ujar Sigit, akhir pekan kemarin.

Sependapat, Direktur Keuangan BNI Novita W. Anggraeni bilang tantangan terberat tahun ini adalah tren tingginya suku bunga yang masih berlangsung. Menurutnya, hal ini berdampak pada kenaikan cost of fund yang merata di semua industri perbankan nasional. 

“Untuk memitigasi hal tersebut, kami akan mendorong pertumbuhan DPK yang berbasis transaksional sebagai driver utama likuiditas melalui channel dan layanan digital kami,” ujar Novita.

Tantangan beban bunga tersebut tampaknya juga sudah diantisipasi sejak awal tahun. Di mana, itu tercermin dari target net interest margin (NIM) BNI yang ada di kisaran 4,5%, turun dari tahun 2023 yang sekitar 4,6%.

Di sisi lain, Novita juga menyadari pertumbuhan kredit BNI di awal tahun ini memang masih belum terlalu kencang. Ia memproyeksikan permintaan kebutuhan kredit akan lebih besar memasuki kuartal kedua.

Dari sisi kualitas aset, Novita melihat pertumbuhan kredit BNI sudah semakin selektif dan prudent sejak tiga tahun terakhir. Alhasil, ia optimistis tren ini akan berlanjut sehingga rasio NPL dan LaR tahun ini akan membaik sehingga pembentukan CKPN juga akan lebih efisien dibanding 2023.

“Kami optimis profit tahun ini akan meningkat sejalan dengan komitmen kami dalam memberikan value yang optimal bagi seluruh pemangku kepentingan,” tandasnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pun melihat secara keseluruhan industri perbankan masih mencatatkan kinerja yang baik, setidaknya hingga periode kuartal pertama tahun ini.

Menurutnya, itu ditopang oleh permintaan kredit dari beberapa segmen yang juga tetap tinggi. Dalam hal ini, ia mencontohkan dari sektor industri pengolahan hingga kredit di segmen konsumsi.

“KPR dan Kredit Kendaraan Bermotor juga tampak meningkat,” ujarnya, belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×