kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.764.000   -15.000   -0,84%
  • USD/IDR 16.505   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.258   -123,50   -1,94%
  • KOMPAS100 886   -22,04   -2,43%
  • LQ45 692   -18,18   -2,56%
  • ISSI 198   -4,07   -2,02%
  • IDX30 362   -8,54   -2,31%
  • IDXHIDIV20 438   -7,77   -1,74%
  • IDX80 100   -2,74   -2,66%
  • IDXV30 107   -0,87   -0,81%
  • IDXQ30 119   -2,62   -2,16%

Mengintip Strategi Amartha Cegah Gagal Bayar para Borrower


Jumat, 21 Maret 2025 / 13:06 WIB
Mengintip Strategi Amartha Cegah Gagal Bayar para Borrower
ILUSTRASI. VP Public Relations Amartha, Harumi Supit di Jakarta (19/3). Amarthan memiliki strategi untuk mencegah terjadi kecurangan atau fraud peminjam alias borrower yang bisa menimbulkan gagal bayar.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) memiliki strategi untuk mencegah terjadi kecurangan atau fraud peminjam alias borrower yang bisa menimbulkan gagal bayar. 

VP Public Relation Amarta Harumi Supit mengatakan salah satu strateginya adalah, perusahaan selektif dalam menyalurkan pinjaman melalui sistem yang berlapis dan verifikasi yang cukup ketat terhadap peminjam. 

“Strategi yang lainnya yaitu, kami terus lakukan kolaborasi dengan puluhan institusi dan bank, sehingga itu menjadi keunggulan tersendiri bagi Amartha. Dengan adanya pengawasan eksternal yang terus-menerus, Amartha semakin siap dalam menghadapi audit dan pemantauan regulasi,” kata Harumi kepada awak media, usai Media Gathering di Jakarta Selatan, Rabu (19/3).  

Lebih lanjut, Harumi menerangkan proses verifikasi yang ketat itu wajib dilakukan oleh setiap peminjam, yang mana verifikasi itu terkait dengan kelayakan finansial peminjam hingga usaha yang ingin mereka jalankan. 

Baca Juga: Pengamat Nilai Hadirnya Kopdes Merah Putih Tak akan Ganggu Pasar Fintech Lending

Terlebih, jumlah pinjaman yang diberikan Amartha relatif kecil, yaitu sekitar Rp 5 juta hingga Rp 20 juta per mitra, sehingga risiko gagal bayar bisa lebih terkendali.  

“Dengan strategi ini, maka Non-Performing Loan (NPL) di Amartha tetap bisa terjaga di bawah 2% atau di bawah rata-rata industri fintech peer to peer (P2P) lending,” jelasnya. 

Harumi juga mengatakan bahwa Amartha menganut model bisnis yang berbasis pada diversifikasi wilayah dan sektor usaha, karena hal ini menjadi faktor utama dalam menjaga stabilitas portofolio. 

“Dengan pendekatan ini, jika terjadi masalah di satu lokasi misalnya, karena bencana alam, portofolio di wilayah lain akan tetap aman,” jelasnya. 

Di sisi lain, Amartha juga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) dan mesin pembelajaran atau machine learning dalam sistem analisis risiko untuk memastikan setiap keputusan kredit berbasis data yang akurat. 

“Kemudian, pendampingan langsung di lapangan juga tetap menjadi elemen penting bagi kami,” imbuhnya. 

Sebagai informasi, secara kumulatif Amartha telah menyalurkan pembiayaan modal usaha sebesar Rp 28 triliun sejak pertama berdiri di 2010 hingga saat ini. Modal usaha tersebut sudah disalurkan ke lebih dari 2,7 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di 50 ribu desa di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Samir: Hadirnya Koperasi Desa Merah Putih Dapat Saling Melengkapi Fintech Lending

Selanjutnya: Moody’s Tetapkan Peringkat Kredit Indonesia pada Level Baa2 atau Stabil

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Besok (22/3) di Jawa Tengah dari BMKG, Semarang Hujan Siang Hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×