Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pembiayaan berkelanjutan telah menjadi fokus utama dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lebih dari sekadar aspek finansial, pendekatan ini mengintegrasikan pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan.
Di Indonesia, pembiayaan berkelanjutan memiliki peran penting dalam memenuhi tantangan dan peluang yang dihadapi. Pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance merupakan pendekatan keuangan yang memadukan pertumbuhan ekonomi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) total kredit berkelanjutan memang terus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019 misalnya, realisasi kredit berkelanjutan hanya sebesar Rp 927 triliun. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai Rp 1.959 triliun pada 2023.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi salah satu bank yang menegaskan komitmennya menuju bisnis berkelanjutan. Bank pelat merah ini memiliki mimpi besar untuk mendorong nasabah menjadi pemimpin keberlanjutan atau sustainable champions di berbagai sektor.
Baca Juga: Pamor di Pasar Global Turun, Perbankan Indonesia Terus Genjot Pembiayaan Hijau
Untuk mewujudkan mimpi itu, Bank Mandiri mengimplementasikan strategi komprehensif yang berfokus pada pembiayaan berkelanjutan, mencakup aspek Environmental, Social dan Governance (ESG).
SVP ESG Group Bank Mandiri Citra Amelya Pane menjelaskan, strategi ini meliputi, penyediaan berbagai produk pembiayaan inovatif, seperti Sustainability Linked Loan, Corporate in Transition Financing, Green/Social/Sustainability Loan, serta penerbitan Green Bonds dan instrumen keuangan berkelanjutan lainnya.
Tak hanya itu, Bank Mandiri juga menyediakan bantuan teknis dan keahlian terkait ESG untuk membantu nasabah mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan, memperluas skala proyek mereka, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi hijau.
Komitmen Bank Mandiri terhadap keberlanjutan pun telah membuahkan hasil. Terlihat, hingga September 2024, portofolio berkelanjutan Bank Mandiri mencatatkan peningkatan 12,8% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai Rp 285 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Adapun portofolio hijau BMRI mengalami pertumbuhan lebih tinggi sebesar 16,4% secara tahunan, mencapai Rp 142 triliun.
“Pertumbuhan ini didorong oleh kontribusi dari sektor-sektor strategis yang selaras dengan prioritas pemerintah,” terang Amelya kepada kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Tak sampai di situ, jika dilihat, Portofolio Bank Mandiri di sektor energi terbarukan juga alami peningkatan 6,1% yoy mencapai Rp 10 triliun. Di sisi lain, kredit untuk sektor energi yang tak terbarukan kian menyusut dari Rp 24 triliun di September 2023 menjadi Rp 20 triliun di September 2024.
Bank Mandiri juga terus membidik proyek-proyek yang berkaitan dengan perkembangan kendaraan rendah emisi. Di bidang korporasi, bank Mandiri memberikan kredit untuk Transportasi Ramah Lingkungan sebesar Rp 7,2 triliun, melesat 94,6% yoy.
Baca Juga: Rasio Kredit Perbankan Terus Membaik, Ini Penyebabnya
Selain itu, tercatat penyaluran kredit ritel untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) hingga September 2024 telah mencapai Rp 673 miliar atau meningkat sebesar 129,9% yoy.
Tidak hanya sekedar menyediakan kredit kepemilikan kendaraan listrik secara ritel, Bank Mandiri secara penuh juga mendukung pengembangan ekosistem mobil listrik dari hulu ke hilir dengan memberikan pembiayaan beberapa sektor terkait, seperti sektor otomotif dan sektor energi terbarukan.
"Sektor pendorong portofolio hijau adalah transportasi ramah lingkungan yang tumbuh sebesar 94,6% secara tahunan, Eco-Efficient Products tumbuh 78,3% secara tahunan dan Green Buildings tumbuh 58,7% secara tahunan," tutur Amelya.
Bank Mandiri juga mencatatkan instrumen inovatif keuangan berkelanjutan lainnya seperti Sustainability-Linked Loan (SLL) dan Corporate-in-financing dengan total mencapai Rp 4,1 triliun.
Per September 2024, porsi sustainable portofolio Bank Mandiri dibandingkan total kredit secara keseluruhan adalah sebesar 23%. Ke depan, bank berlogo pita emas ini mengantisipasi pertumbuhan pada sektor-sektor ini terutama pada sektor-sektor yang mendorong agenda nasional seperti energi terbarukan, hilirisasi, dan pemerataan ekonomi yang sirkular atau circular economy.
"Kami optimistis tren positif ini akan terus berlanjut dan mendorong pertumbuhan yang lebih signifikan di tahun 2025," ujarnya.
Selain Bank Mandiri, sejumlah bank besar lain juga terus mendorong penyaluran kredit ke sektor proyek-proyek berkelanjutan. Seperti PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang pada posisi September 2024 telah menyalurkan kredit ramah lingkungan atau berkelanjutan mencapai Rp 70,9 triliun. Pembiayaan berkelanjutan tersebut tumbuh sebesar 17% secara yoy.
Baca Juga: Portofolio Kredit ESG Perbankan Tumbuh Berkat Kenaikan Permintaan
Selanjutnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang portofolio kredit berkelanjutannya tumbuh 8,75% YoY pada September 2024 menjadi Rp 87 triliun. Sejalan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk ( BRI) yang portofolio kredit berkelanjutannya naik sekitar 3,6% yoy menjadi Rp 83,3 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan, lonjakan signifikan kredit berkelanjutan perbankan dipengaruhi oleh dorongan baik dari regulator maupun pemangku kebijakan lainnya.
Namun demikian, ia mengakui terdapat beragam tantangan yang menyertai geliat kredit hijau tersebut. Dian menjelaskan, tantangan utama yang dihadapi dalam pembiayaan berkelanjutan adalah sinergi dan sinkronisasi kebijakan.
Selain itu, dukungan dari sektor riil dan penerapan di level usaha mikro kecil menengah (UMKM), serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di Bank untuk memahami, menilai dan mempersiapkan aksi mitigasi dan adaptasi dalam transisi menuju peningkatan kontribusi pada sektor ekonomi yang keberlanjutan.
Oleh karena itu, OJK disebut Dian akan terus melakukan update kebijakan guna mendukung pencapaian Net Zero Emissions (NZE) dan berupaya untuk mendorong perbankan meningkatkan penyaluran kredit pada segmen hijau dan berkelanjutan dengan mengikuti standar internasional dan tuntutan stakeholder.
"Diskusi dan sinergi dukungan kebijakan bersama kementerian terkait juga terus dilaksanakan, karena membutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk mempersiapkan kerangka perekonomian yang berkelanjutan secara berkesinambungan untuk mencapai target nasional net zero emission di 2060 atau lebih cepat," pungkasnya.
Di sisi lain, Peneliti Ekonomi Lingkungan dan Pendiri Think Policy Andhyta Firselly Utami mengungkapkan, aspek sosial dan lingkungan memiliki peran penting ketika membuat keputusan keuangan.
"Pembiayaan berkelanjutan itu tentang memahami bahwa ekonomi, sosial, dan lingkungan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan," kata Andhyta.
Indonesia disebut Andhyta sedang mengikuti komitmen global transisi nir-emisi atau transmisi menuju nol karbon, dengan mengurangi emisi karbon (carbon emissions) hingga mencapai net zero carbon emissions di tahun 2050.
"Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berusaha untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan, dan jika ada emisi yang tersisa, akan dikompensasi melalui upaya seperti penanaman hutan atau teknologi karbon negatif," imbuhnya.
Selanjutnya: Penelitian Ilmiah Inggris: Korban Jiwa Perang Gaza Jauh Lebih Banyak Angka Resmi
Menarik Dibaca: 18 Tips Efektif Mengurangi Lemak Perut yang Dapat Anda Terapkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News