Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang jumbo tengah membelit Duniatex Group. Untuk mengatasinya, Duniatex mulai ambil ancang-ancang untuk mempersiapkan strategi melunasi pinjamannya tersebut.
Sebagai langkah pertama, konsultan keuangan yang ditunjuk yaitu AJCapital Advisory tengah menyisir aset di 25 pabrik dari enam entitas Duniatex Group.
Kesulitan keuangan Duniatex sendiri bermula dari kegagalan entitasnya yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) membayar bunga senilai US$ 13,4 juta dari utang sindikasi senilai US$ 260 juta pada 10 Juli 2019 lalu.
Baca Juga: Kantongi izin Aperd dari OJK, Raiz Invest bidik 40.000 pengguna milenial tahun ini
Kegagalan DDST menjalar, entitas Duniatex lainnya yaitu PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang menerbitkan global bond senilai US$ 300 juta peringkatnya terpangkas hingga ke level sampah (junk bond).
Hal ini yang kemudian bikin geger, padahal saat masa penawaran obligasi tersebut mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga tiga kali. September mendatang, obligasi yang ditawarkan dengan bunga 8,625% dan punya tenor hingga 2024 ini mesti dibayar kupon pertamanya.
“Untuk kupon pertama sudah kami siapkan senilai US$ 12,9 juta yang sudah kami sisihkan di rekening penampung. Jadi untuk pembayaran kupon pertama tidak mungkin gagal,” kata Direktur AJCapital Fransiscus Alip saat ditemui Kontan.co.id, Jumat (9/8)
Meskipun sudah menyiapkan bunga untuk kupon pertamanya masalah belum rampung, dan makin merembet. Sebab, secara konsolidasi Duniatex tercatat punya utang menggunung hingga Rp 18,79 triliun.
Baca Juga: Defisit transaksi berjalan membesar, ini empat faktor penyebabnya menurut Indef
Nilai tersebut berasal dari enam entitas Duniatex: DDST senilai Rp2,922 triliun, DMDT senilai 5,711 triliun, PT Delta Dunia Textile (DDT) senilai Rp 4,676 triliun, PT Delta Merlin Sandang Textile (DMST) senilai Rp 3,264 triliun, PT Delta Setia Sandang Asli Textile (DSSAT) senilai 2,128 triliun, dan terakhir PT Perusahaan Dagang Dan Perindustrian Damai alias Damaitex senilai Rp 97 miliar.
Total utang tersebut melibatkan lebih dari 40 kreditur dan tak cuma diberikan secara bilateral, melainkan secara sindikasi. Sindikasi DDST senilai US$ 260 juta kini masih tersisa US$ 156 juta yang belum dibayar.
Kemudian sindikasi DDT senilai US$ 150 juta masih menyisakan US$ 138 juta yang belum dibayar. Terakhir, sindikasi DMDT senilai US$ 215 juta masih menyisakan tunggakan US$ 81 juta.
Dari laporan Standard & Poor, September mendatang DMDT juga mesti membayar bunga sindikasinya sekitar US$ 5 juta.
“Untuk sindikasi DDST karena default belum ada pembayaran lagi, untuk sindikasi lainnya mesti saya periksa dulu bagaimana pembayarannya. Namun, kalau melihat likuiditas yang masih ketat, dan prioritas diarahkan ke operasional. Jadi kalau sampai terjadi gagal bayar lagi, saya tidak heran. Sedangkan untuk kupon obligasi kedua DMDT pada Maret sepertinya itu masih jauh,” papar Alip.
Baca Juga: Ini penyebab defisit transaksi berjalan melebar di kuartal kedua
Sebelumnya beberapa kreditur Duniatex menyatakan telah menerima pernyataan dari Duniatex terkait kesulitan arus kas yang dialaminya. Makanya mereka kini juga tengah menanti skema restrukturisasi yang bisa ditawarkan Duniatex.
Pembayaran ke kami sampai Juni, untuk Juli belum. Kepada semua krediturnya sudah cash flow issue,” kata Direktur Manajamen Resiko PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) Ahmad Siddik Badruddin saat ditemui Kontan.co.id, Rabu (7/8) di Jakarta.
“(Duniatex) perlu mengatur kembali arus kasnya,” kata Direktur Bisnis Korporasi PT Bank Negara Indonesia tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) Putrama Wahju Setiawan kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Sementara Manajer Humas Duniatex Group Donalia S Erlina bilang saat ini perbaikan arus kas memang jadi prioritas Duniatex Group. Beberapa langkah juga sudah disiapkan, utamanya terkait pengurangan beberapa biaya yang dinilai perseroan tak efisien.
Baca Juga: BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun 2,8% dari PDB
“Dalam kondisi tertekan dan kaitannya terkait kondisi global yang belum stabil kami mesti mengurangi beberapa biaya. Betul kalau kami mesti efisien, dan yang kami lakukan saat ini adalah dengan mengurangi kapasitas produksi, tapi tidak terlalu besar. Kemudian yang bisa kami lakukan adalah pemotongan overtime (lembur) karyawan,” jelas Donalia dalam kesempatan yang sama.
Donalia menambahkan meskipun langkah efisiensi yang dilakukan Duniatex menyangkut pekerjanya, namun ia memastikan bahwa tidak ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Hanya beberapa fasilitas terhadap pekerjanya yang akan dipangkas, meskipun ia tak menjelaskan lebih lanjut apa saja benefit yang akan dikurangi.
Baca Juga: Mitra Pinasthika Mustika Finance terbitkan MTN Rp 300 miliar untuk modal kerja
Menyisir arus kas dari enam entitas Duniatex akan jadi pekerjaan AJCapital. Alip bilang akhir Agustus kelak, timnya ditargetkan selesai melakukan audit. Sedangkan mulai September ia akan mulai melakukan kunjungan untuk menawarkan skema restrukturisasi kepada para kreditur Duniatex.
“Sejauh ini kami masih proses, sehingga kami belum bisa menyusun skema restrukturisasinya. Setelah selesai menganalisis arus kas, nanti akan kelihatan bagaimana kondisi likuiditasnya secara keseluruhan. Dari sana baru akan dilihat apakah butuh restrukturisasi atau tidak?” Lanjut Alip.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News