Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Total utang tersebut melibatkan lebih dari 40 kreditur dan tak cuma diberikan secara bilateral, melainkan secara sindikasi. Sindikasi DDST senilai US$ 260 juta kini masih tersisa US$ 156 juta yang belum dibayar.
Kemudian sindikasi DDT senilai US$ 150 juta masih menyisakan US$ 138 juta yang belum dibayar. Terakhir, sindikasi DMDT senilai US$ 215 juta masih menyisakan tunggakan US$ 81 juta.
Dari laporan Standard & Poor, September mendatang DMDT juga mesti membayar bunga sindikasinya sekitar US$ 5 juta.
“Untuk sindikasi DDST karena default belum ada pembayaran lagi, untuk sindikasi lainnya mesti saya periksa dulu bagaimana pembayarannya. Namun, kalau melihat likuiditas yang masih ketat, dan prioritas diarahkan ke operasional. Jadi kalau sampai terjadi gagal bayar lagi, saya tidak heran. Sedangkan untuk kupon obligasi kedua DMDT pada Maret sepertinya itu masih jauh,” papar Alip.
Baca Juga: Ini penyebab defisit transaksi berjalan melebar di kuartal kedua
Sebelumnya beberapa kreditur Duniatex menyatakan telah menerima pernyataan dari Duniatex terkait kesulitan arus kas yang dialaminya. Makanya mereka kini juga tengah menanti skema restrukturisasi yang bisa ditawarkan Duniatex.
Pembayaran ke kami sampai Juni, untuk Juli belum. Kepada semua krediturnya sudah cash flow issue,” kata Direktur Manajamen Resiko PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) Ahmad Siddik Badruddin saat ditemui Kontan.co.id, Rabu (7/8) di Jakarta.
“(Duniatex) perlu mengatur kembali arus kasnya,” kata Direktur Bisnis Korporasi PT Bank Negara Indonesia tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) Putrama Wahju Setiawan kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Sementara Manajer Humas Duniatex Group Donalia S Erlina bilang saat ini perbaikan arus kas memang jadi prioritas Duniatex Group. Beberapa langkah juga sudah disiapkan, utamanya terkait pengurangan beberapa biaya yang dinilai perseroan tak efisien.
Baca Juga: BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun 2,8% dari PDB