Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merger Gojek dan Tokopedia merupakan kabar menggembirakan bagi PT Bank Jago Tbk. Bagaimana tidak, Gojek merupakan salah satu pemegang saham bank berkode emiten ARTO ini dengan kepemilikan sebesar 21,4%.
Penyatuan kekuatan dua perusahaan teknologi itu akan membuka lebar pasar yang bisa digarap Bank Jago. Dengan mengombinasikan layanan e-commerce, pengiriman barang dan makanan, transportasi serta keuangan, Grup GoTo akan menciptakan platform konsumen digital dengan ekosistem terbesar di Indonesia.
Perusahaan hasil merger yang diberi nama Grup Goto itu tercatat memiliki 100 juta pengguna aktif bulanan. Dengan jaringan mitra usaha serta mitra driver, Grup GoTo memiliki total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari US$ 22 miliar per tahun 2020. Hal ini tentu akan semakin memuluskan jalan Bank Jago menjadi bank digital di Tanah Air.
Menurut Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas mengatakan, merger tersebut bakal membawa dampak yang signifikan bagi Bank Jago meskipun Grup Goto dalam presentasi rencana bisnis finansialnya tidak menyebutkan secara spesifik bahwa bank tersebut akan menjadi mitra eksklusif mereka.
Baca Juga: Resmi merger dengan Gojek, begini nasib OVO di Tokopedia
Dalam materi presentasinya, Grup Goto hanya menyebut bermitra dengan lebih dari 20 bank dan institusi keuangan dalam menjalankan bisnis layanan keuangan. Adapun layanan finansial yang ditawarkan terdiri dari GoPay, Paylater, GoSure, GoInvestasi, GoStore, Moka, Selly, Midtrans dan Gobiz Plus. "(Bank Jago) tetap akan jadi prioritas mereka karena Gojek merupakan pemegang sahamnya," kata Suria pada Kontan.co.id, Selasa (18/5).
Suria bilang, kehadiran Tokopedia yang memiliki merchant sangat banyak akan menjadi pasar besar yang bisa digarap Bank Jago dalam menjalankan layanan perbankannya.
Gojek pertama kali masuk ke Bank Jago melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa pada Desember 2020 dengan mencaplok 22% sahamnya senilai Rp 2,7 triliun. Kemudian menambah investasi sebesar Rp 1,32 triliun dengan menyerap haknya ketika Bank Jago menggelar rights issue senilai Rp 7 triliun pada Maret 2021 lalu.
Saat pertama kali kemitraan dengan Gojek diumumkan, Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar mengatakan kolaborasi kedua akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Baca Juga: Gojek-Tokopedia merger, begini dampaknya ke saham ASII dan TLKM
"Sebagai bank berbasis teknologi dengan sistem API terbuka, kami akan bekerja sama dengan pemain-pemain ekosistem digital lain untuk memperluas akses keuangan," ujarnya.
Lewat rights issue itu pula, Bank Jago berhasil mendatangkan Sovereign wealth fund asal Singapura, GIC Private Limited, jadi investornya. Saat ini, kepemilikan saham Bank Jago terdiri atas Jerry NG melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia 29,3%, Patrick Walujo melalui Wealth Track Technology Limited 9,1% dan Gojek 21,4%, GIC 9,1%, dan sisanya masyarakat.
Meski sudah menarik sejumlah investor strategis, kinerja Bank Jago belum menunjukkan taji alias masih merugi. Pada kuartal I 2021, bank ini mencatatkan kerugian hingga Rp 38,1 miliar. Kerugian ini membengkak hingga 50% dari periode sama di tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp 25,4 miliar.
Ini lantaran beban operasional membengkak 127% yoy menjadi Rp 84,9 miliar. Sedangkan pendapatan bunga bersihnya justru sudah merekah dengan kenaikan hingga 231% yoy menjadi Rp 33,5 miliar.
Per Maret, aset Bank Jago mencapai Rp 9,24 triliun atau melesat 318% YoY ditopang hasil rights issue. Kreditnya mencapai Rp1,17 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 957,8 miliar.
Pada pertengahan April lalu, Bank Jago telah meluncurkan aplikasi digital dengan mengadopsi kemampuan teknologi terkini dan diklaim bisa membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih simple, kolaboratif, dan inovatif. Aplikasi Jago atau Jago App tersebut dirancang sebagai solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan.
Selanjutnya: Merger Gojek-Tokopedia, idEA: Ekonomi digital di Indonesia memiliki potensi besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News