kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski DP di multifinance lebih murah, perbankan tetap yakin bisnis KKB bakal tumbuh


Senin, 14 Januari 2019 / 17:08 WIB
Meski DP di multifinance lebih murah, perbankan tetap yakin bisnis KKB bakal tumbuh


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kredit kendaraan bermotor (KKB) diyakini masih akan melaju kencang tahun ini. Terutama setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan keringanan uang muka atau down payment (DP) hingga 0% bagi perusahaan pembiayaan (multifinance).

Praktis, hal ini membuat perbankan akan lebih gesit mendorong pertumbuhan KKB lantaran persaingan makin sengit. Sebabnya, di perbankan aturan uang muka juga diterbitkan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan BI (PBI) Nomor 17/10/PBI/2015 tanggal 18 Juni 2015 tentang Rasio Loan to Value (LTV) atau Rasio Financing to Value (FTV) untuk kredit properti dan uang muka KKB dan lebih ketat dari multifinance.

Dalam aturan ini, DP di bank dipatok minimal 20% untuk roda dua dan tiga untuk tujuan produktif dan minimal 25% untuk tujuan non produktif bagi bank dengan rasio non performing loan (NPL) di bawah 5%. Sedangkan bank dengan NPL di atas 5% wajib menerapkan DP 25% untuk roda dua dan 30% untuk roda 3 atau lebih untuk tujuan non produktif.

Meski begitu, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id tak terlalu khawatir dengan persaingan dengan multifinance. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang meyakini kemampuan bank dalam menyalurkan KKB tetap kuat terutama dari segi bunga kredit.

Selain itu, Direktur BCA Santoso Liem juga menyebut pihaknya tak mau memasang target KKB terlalu tinggi tahun ini. Ia memproyeksi pertumbuhan KKB hanya di kisaran 8% tahun ini alias sama dengan tahun 2018 lalu. Menurutnya, BCA lebih fokus menjaga rasio NPL KKB agar tetap rendah dibanding mengincar pertumbuhan yang tinggi. Saat ini pun, NPL KKB BCA masih terbilang rendah di kisaran 1%. 

"Bukan cuma DP saja yang perlu diperhatikan tapi suku bunga juga, karena itu bisa mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Belum lagi bisa menganggu kualitas kredit," ujar Santoso, Senin (14/1).

Menurutnya, tren kenaikan suku bunga kredit yang masih berlanjut secara langsung membuat pertumbuhan KKB sedikit tertahan. Sebagai gambaran saja, merujuk pada suku bunga dasar kredit (SBDK) BCA untuk kredit konsumsi non KPR dipatok sebesar 8,66% per Desember 2018 akhir.

BCA juga mengatakan kebijakan DP 0% dari regulator untuk multifinance perlu disambut baik lantaran dapat menggerakkan pasar KKB untuk lebih cepat tumbuh. Di sisi lain, secara konsolidasi hal ini juga bisa membantu pertumbuhan anak usaha BCA di bidang multifinance yakni BCA Finance.

Bukan cuma BCA, PT Bank CIMB Niaga Tbk juga mengaku tak khawatir dengan diturunkannya aturan uang muka perusahaan pembiayaan terhadap pertumbuhan KKB perseroan. Menurut Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan, dalam menyikapi tiap relaksasi perusahaan multifinance maupun bank lebih mengutamakan prinsip kehati-hatian.

"Jangan sampai sales naik tapi NPL juga naik, secara bisnis dan profit tidak ada gunanya. Sebetulnya, DP biasanya juga diatur berdasarkan risiko per segmen," tutur Lani.

Lagipula, aturan baru ini juga bisa mendorong pertumbuhan anak usaha perseroan yakni CIMB Niaga Auto Finance (CNAF). Selain itu, tahun ini CIMB Niaga memang berencana untuk injak gas pada pertumbuhan KKB setelah sempat loyo di tahun lalu. Alasannya, sejak tahun 2017 silam CIMB Niaga termasuk CNAF sempat melakukan rekalibrasi alias pembenahan di bisnis otomotif (KKB).

"Sales kami kurangi drastis dan fokus ke perbaikan kredit, operasional dan juga SDM-nya," terangnya. Dus, di 2019 Lani optimis dari segi penjualan kendaraan bermotor CIMB Niaga mampu mendongkrak pertumbuhan 50% dibanding tahun lalu.

Sebagai tambahan informasi saja, merujuk analisis uang beredar yang dirilis BI per November 2018 lalu bisnis KKB perbankan berhasil tumbuh 13,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 141,5 triliun. Jumlah ini relatif stabil dibanding pertukbuhan di bulan Oktober 2018 yang naik 13,3% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×