kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Meski Memiliki Potensi Besar, Pangsa Pasar Perbankan Syariah Masih Mini


Kamis, 26 Desember 2024 / 18:32 WIB
Meski Memiliki Potensi Besar, Pangsa Pasar Perbankan Syariah Masih Mini
ILUSTRASI. DPK Meningkat ----- Petugas melayani nasabah di Kantor Cabang BCA Syariah Jatinegara, Jakarta dengan tema ala Chef, Senin (5/9/2022). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/09/2022 Kendati mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, pangsa pasar bank syariah masih tergolong kecil.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kendati mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, pangsa pasar bank syariah masih tergolong kecil. Data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per September 2024, pangsa pasar perbankan syariah masih di angka 7,44% dari total aset perbankan nasional.

Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,27%. Tercatat, aset perbankan syariah secara industri meningkat 10,56% secara tahunan menjadi Rp919,83 triliun. 

Saat ini, terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS) yang beroperasi di Indonesia. Namun, sebagian besar pemain di industri bank syariah memiliki aset yang relatif kecil. 

Terdapat 11 BUS dan 17 UUS dengan aset di bawah Rp 40 triliun, sementara hanya satu bank syariah yang memiliki aset di atas Rp 100 triliun, yaitu Bank Syariah Indonesia (BSI).

OJK menargetkan tahun depan akan muncul bank syariah dengan aset besar hingga Rp 200 triliun hasil dari konsolidasi. Bank-bank syariah di Indonesia juga terus melakukan berbagai upaya untuk memperluas ekosistem keuangan syariah, bahkan berupaya untuk memasuki kancah global. 

Baca Juga: 4 Perusahaan Ditutup Pada 2024, Ini 97 Pinjol Legal Resmi Terdaftar OJK Per Desember

PT Bank BCA Syariah mengaku, dalam menghadapi tahun 2025 akan fokus memperluas jangkauannya di dalam negeri, mengingat pasar domestik masih memiliki potensi yang besar.

Direktur BCA Syariah Pranata mengatakan, BCA Syariah terus melanjutkan upaya modernisasi teknologi untuk memberikan layanan transaksi perbankan yang aman diantaranya dengan terus menyempurnakan dan melengkapi fitur aplikasi BSya.

"Aplikasi BSya sendiri telah dirilis pada bulan Agustus yang lalu dengan berbagai fitur unggulan seperti tarik tunai tanpa kartu, top up Flazz, transfer ke Virtual Account BCA, setoran biaya haji secara online hingga pengajuan pembiayaan emas secara online," kata Pranata kepada kontan.co.id, Senin (23/12).

Ke depan, BCA Syariah juga akan terus aktif melakukan kegiatan promosi seperti program cashback transaksi di merchant-merchant kerjasama dan hadir di event-event besar seperti BCA Expo, FinExpo dan masih banyak lagi.

"Semuanya demi meningkatkan minat masyarakat untuk menjalin hubungan perbankan dengan BCA Syariah dan menciptakan customer engagement yang kuat," katanya.

Lebih lanjut Pranata menyatakan, peluang perbankan syariah untuk tumbuh masih sangat besar terutama dengan demografi masyarakat muslim di Indonesia yang mendominasi serta dukungan pemerintah yang kian kuat.

Ia menyebut, BCA Syariah juga memiliki keunggulan kompetitif dimana dengan dukungan infrastruktur teknologi BCA sebagai entitas induk, BCA Syariah dapat memberikan layanan kepada nasabah dengan memanfaatkan channel-channel perbankan BCA.

Baca Juga: Cek Jadwal Lengkap Libur BRI, Mandiri, BCA, BNI, dan BSI saat Nataru 2024/2025

Di sisi lain, literasi perbankan syariah disebut berperan penting dalam meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah. BCA Syariah secara aktif melakukan berbagai kegiatan edukasi ke segmen pelajar, mahasiswa, pelaku UMKM maupun ke masyarakat umum baik secara langsung tatap muka maupun online melalui sosial media.

"Dari tahun ke tahun baik frekuensi maupun jumlah peserta edukasi terus ditingkatkan," ucapnya.

Per November 2024, aset BCA Syariah mencapai Rp 15,4 triliun tumbuh 14,6% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp13,4 triliun. Jika dibandingkan dengan Bank Umum Syariah (BUS), aset BCA Syariah per September 2024 berkontribusi 2,43% terhadap terhadap aset BUS.

Sementara itu, Hanie Dewita, Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah menilai, tantangan yang dihadapi perbankan syariah di Indonesia mencakup beberapa aspek. Salah satunya adalah keterbatasan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang produk dan layanan perbankan syariah.

Selain itu, perbankan syariah harus bersaing dengan perbankan konvensional yang lebih mapan dan memiliki pangsa pasar yang jauh lebih besar. Hingga 2024, pangsa pasar perbankan syariah nasional hanya sekitar 7%.

"Meskipun menghadapi berbagai tantangan, kami tetap optimis bahwa industri perbankan syariah akan terus menunjukkan pertumbuhan positif hingga akhir tahun," ujar Hanie.

Dalam mendongkrak pangsa pasar, Bank Mega Syariah telah menjalin kerja sama strategis dengan berbagai merchant dalam ekosistem CT Corp untuk menawarkan promosi eksklusif bagi pengguna Syariah Card atau transaksi melalui aplikasi mobile banking m-Syariah. 

Selain itu, pihaknya juga berupaya mengembangkan kemitraan dengan nasabah korporasi di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan berbagai bidang lainnya.

"Kami memberikan penawaran produk retail untuk ekosistem (mahasiswa, dokter, pegawai, dsb).di dalam korporasi tersebut seperti kartu pembiayaan, tabungan haji, aplikasi mobile banking M-Syariah, dan berbagai produk layanan menarik lainnya," jelasnya.

Per November 2024 total aset Bank Mega Syariah tercatat lebih dari Rp18,3 triliun, atau tumbuh lebih dari 21% yoy.

Di sisi lain, Konsultan Ekonomi Syariah sekaligus Wakil Komisaris Utama BSI Adiwarman Azwar Karim mengungkapkan ada beberapa sebab yang mengakibatkan pangsa pasar tak cepat berkembang. 

Ia melihat beberapa UUS-UUS yang besar menahan pertumbuhannya karena sudah atau hampir mencapai ketentuan spin off yang mengatakan apabila aset telah mencapai Rp 50 triliun.

“Jadi kita lihat ada perlambatan pertumbuhan di UUS-UUS yang asetnya berada di sekitaran Rp 50 triliun,” ujar Adiwarman.

Selain itu, Adiwarman melihat adanya pilkada yang sangat berpengaruh terhadap industri BPD. Dalam hal ini, UUS-UUS yang dimiliki BPD pun akhirnya mengalami perlambatan pertumbuhan dalam rangka wait and see.

Sehingga, menurut Adiwarman, kombinasi dari kedua hal tersebut menyebabkan pangsa pasar perbankan syariah menjadi sedikit.

“Sedikit lah sebetulnya sedikit itu, sedikit tergerus. Insyaallah gampang itu, nanti kita kebut lagi,” imbuhnya.

Baca Juga: BSI Proyeksikan Perbankan Syariah Tumbuh Impresif Tahun Depan, Ini Pendorongnya

Selanjutnya: Mohamed Salah Bagikan Foto Natal Bersama Keluarga, Instagramnya Banjir Komentar

Menarik Dibaca: Promo Guardian Super Hemat s/d 8 Januari 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Body Scrub

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×