Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar baik tengah menyelimuti industri perbankan, terutama bank-bank KBMI 4. Meski pertumbuhan laba moderat, mereka mampu mencatatkan perbaikan kualitas kredit yang tercermin dalam rasio Non Performing Loan (NPL).
Hal tersebut sejalan dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat Rasio NPL perbankan pada Agustus 2024 tercatat sebesar 2,26% (bruto). Angka ini turun tipis dibandingkan NPL Juli 2024 yang sebesar 2,27%.
Hanya saja, penurunan NPL ini bukan berarti bank menutup mata adanya pemburukan kualitas kredit yang memburuk ke depan. Oleh karenanya, pembentukan pencadangan yang lebih tinggi pun dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut.
Baca Juga: Tumbuh Moderat, Kinerja Bank KBMI 4 Membaik Secara Perlahan
Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatatkan NPL gross stabil di 2,1% per September 2024. Namun, beban pencadangan BCA membengkak hingga 60,2% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 2,4 triliun.
Jika dilihat secara rinci dalam laporan keuangannya, ada kenaikan dari kredit yang masuk dalam kategori macet sekitar 43,31% secara year to date menjadi Rp 15,11 triliun. Dari sektor manufaktur mendominasi senilai Rp 8,31 triliun.
EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn menjelaskan, pembentukan provisi kredit senantiasa dievaluasi dari waktu ke waktu. Harapannya, itu akan sangat memadai untuk mengantisipasi berbagai dinamika yang akan terjadi.
Ia juga bilang BCA senantiasa menerapkan disiplin manajemen risiko dalam penyaluran kredit, sehingga NPL tetap terkendali. Di mana, rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang masing-masing sebesar 193,9% dan 73,5%.
“Pada prinsipnya, BCA terus menerapkan disiplin manajemen risiko secara disiplin dalam penyaluran kredit, sehingga NPL tetap terjaga,” ujar Hera, Kamis (31/10).
Hal serupa juga terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang meski NPL turun 20 basis poin menjadi 3,06%, namun biaya pencadangannya bengkak 39,67% YoY menjadi Rp 32,45 triliun dan membuat NPL Coverage BRI menjadi 215,44%.
Baca Juga: Kredit Korporasi Bank KBMI 4 Tumbuh Double Digit, Siapa Jawaranya?
Melihat laporan keuangannya, kredit BRI yang mengalami penurunan nilai pada periode September 2024 setelah dikurangi pencadangan naik 5,62% Ytd menjadi Rp 18,24 triliun. Salah satunya dipengaruhi segmen konstruksi yang naik 12,52% Ytd menjadi Rp 7,6 triliun.
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto bilang bank yang dekat dengan wong cilik ini telah mengubah sedikit strategi penyaluran kreditnya sejak awal kuartal II-2024. Di mana, saat mau menyalurkan kredit-kredit baru, pihaknya benar-benar selektif.
Adapun, hal tersebut dilakukan karena pihaknya menyadari adanya kenaikan rasio NPL ketika periode tiga bulan pertama tahun 2024.
“Sekarang, beberapa kriteria debitur baru yang bisa masuk ke dalam buku kami, kami perketat kriterianya, sehingga ini bisa terus menurunkan NPL yang ada untuk memperbaiki kualitas,” ujar Agus, kemarin (30/10).
Selanjutnya, ada juga PT Bank Mandiri Tbk yang mencatat beban provisi turut naik pada September 2024. Pada periode tersebut, beban provisi bank berlogo pita emas ini naik 4,15% menjadi Rp 9,53 triliun.
Meski demikian, bank berkode saham BMRI ini tetap menunjukkan adanya perbaikan NPL dengan 36 basis poin menjadi 1,13%. Di mana, rasio NPL tertinggi ada di segmen komersial untuk kredit-kredit lama yang mencapai 3,99% atau senilai Rp 3,12 triliun.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengisyaratkan bahwa bank tak hanya mengejar pertumbuhan. Namun, hal tersebut tentu diimbangi dengan penguatan kualitas kredit yang dimiliki.
“Secara konsisten, Bank Mandiri menjalankan bisnis secara prudent atau memegang teguh prinsip kehati-hatian,” ujarnya.
Selanjutnya: Mulai Berkontribusi, IBST Setor Rp 41 Miliar ke Laba Sarana Menara Nusantara (TOWR)
Menarik Dibaca: Hujan Petir Landa Daerah Ini, Cek Prakiraan Cuaca Besok (1/11) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News