Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain menggunakan fasilitas kredit di perbankan, korporasi bisa menghimpun pendanaan melalui pasar modal. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan penghimpunan dana di pasar modal hingga 3 Agustus 2021 mencapai Rp 117,94 triliun.
Pendanaan itu diperoleh dari 92 aksi penawaran umum yang dilakukan oleh berbagai korporasi. Nilai itu hampir melampaui pencapaian sepanjang 2020 senilai Rp 118,8 triliun.
Di sisi lain, kredit perbankan hanya mampu tumbuh 0,59% year on year (yoy) menjadi Rp 5.581 triliun di paruh pertama 2021. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai selain dari kredit, ada potensi yang besar dari pasar modal.
Head of Equity Research Samuel Sekuritas Suria Dharma bilang himpunan dana di pasar modal bisa berbentuk penawaran saham perdana (IPO) maupun surat utang (obligasi). Ia menilai langkah IPO ditempuh bila perusahaan ingin menaikkan modal lantaran tidak bisa melalui kredit bank.
Baca Juga: Kantongi laba, emiten asuransi ramai-ramai bagikan dividen
“Sedangkan obligasi itu memang mirip dengan perbankan karena utang juga disebutnya. Itu sah-sah saja, tergantung strategi perusahaan. Saat ini, perbankan memang lebih berhati-hati menyalurkan kredit, lantaran bank juga sudah merestrukturisasi kredit dalam jumlah yang besar,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/8).
Ia melihat hingga saat ini, perbankan masih pilih-pilih menyalurkan kredit ke debitur yang sektornya aman. Bank juga lebih nyaman menyalurkan kredit ke debitur lama yang memiliki track record yang jelas, ketimbang memberikan kredit ke debitur baru.
“Itulah yang menjadi penyebab kredit belum tumbuh. Kalau kita lihat likuiditas di perbankan malah berlebih dan tetap tumbuh dobel digit. Bank saja yang tidak mau jor-joran. Kredit bank juga sekitar Rp 5.500 triliun dibandingkan himpunan dana di pasar modal masih jauh,” tambahnya.
Ekonom dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah bilang sumber utama pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh perbankan bukan pasar modal. Walau selama dua tahun ini pertumbuhan kredit bank memang turun drastis.
Baca Juga: OJK: Perkembangan teknologi digital dapat mengubah lanskap bisnis bank di 2030
“Tetapi secara posisi pembiayaan perbankan masih yang paling besar. Kita belum beralih dari bank ke pasar modal. Penurunan pertumbuhan kredit lebih disebabkan pandemi. Ketika pandemi mereda pertumbuhan kredit perbankan akan kembali tinggi,” katanya.
Menurutnya, karakteristik pendanaan di pasar modal dan perbankan pun memiliki karakteristik yang berbeda. Lantaran, di pasar modal berbentuk ekuitas (equity) sementara di perbankan berbentuk liabilitas (liability). “Jadi itu pilihan bagi korporasi Memang dari pasar modal itu terkesan lebih murah pricing-nya karena tidak bayar bunga.Tapi kepemilikan menjadi berkurang,” tambahnya.