kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moody's sebut outlook perbankan di Asia Pasifik stabil tahun depan


Kamis, 06 Desember 2018 / 15:04 WIB
Moody's sebut outlook perbankan di Asia Pasifik stabil tahun depan
ILUSTRASI. Gerai bank BUMN di arena Asian Games


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investors Service dalam proyeksi outlook 2019 menyatakan bahwa bank-bank Asia Pasifik (APAC) masih relatif stabil tahun depan. Namun, kondisi dan beban operasional perbankan di kawasan ini dinilai bakal lebih menantang dari tahun 2019.

Melansir analisis yang dirilis pada Kamis (6/12), Moody's mengungkapkan bahwa prospek untuk bank di Asia Pasifik masih stabil paling tidak sampai 12 bulan ke depan.

"Kelayakan kredit bank akan tetap stabil secara luas pada 2019 karena fundamental ekonomi yang masih sehat dan penyangga kredit yang baik," ujar Eugene Tarzimanov, Wakil Presiden dan Pejabat Kredit Senior Moody's.

Secara khusus, Moody's mengatkaan bahwa modal, biaya pencadangan, laba bank-bank di APAC masih cukup untuk mengantisipasi potensi kerugian. Ditambah dari sisi pendanaan atau likuiditas sejumlah perbankan, sejauh ini masih tetap stabil.

"Pandangan kami, bahwa dukungan pemerintah untuk bank akan tetap kuat, dan bahwa biaya untuk membayar dana untuk penyelamatan bank tidak akan diperlukan. Meskipun, Hong Kong tetap dalam pengecualian dalam hal ini," tambah Tarzimanov.

Tarzimanov juga menegaskan kalau perbankan di Asia Pasifik memiliki pertahanan yang cukup terhadap perubahan iklim ekonomi. Hanya saja, laporan Moody's juga menunjukan bahwa bank-bank di APAC tetap akan menghadapi kondisi ekonomi dan pasar yang lebih menantang di 2019.

Pihaknya menyebut, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di APAC telah mencapai puncak dan akan moderat. Ditambah ekspansi kredit memang akan terus melambat, imbas dari konflik perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan risiko bagi perbankan.

Moody's juga menjelaskan bahwa potensi penurunan kinerja sektor swasta tetap tinggi di negara Asia Pasifik. Hal ini tentu menambah risiko penurunan kualitas aset, karena suku bunga yang meningkat. Namun demikian, pertumbuhan kredit sektor swasta memang sudah cenderung melambat dengan beberapa pasar sudah mengurangi besaran pinjaman (kredit).

Risiko-risiko lain juga tetap ada, khususnya di sektor properti, terlepas dari fakta bahwa harga real estate sedang jatuh atau pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di Asia Pasifik. Moody's mengatakan bahwa pinjaman untuk tujuan investasilah yang bakal memberikan risiko paling tinggi bagi perbankan.

Risiko ini terutama di kawasan Australia, Selandia Baru, Korea dan Malaysia. Selain itu, arus modal masuk dan keluar dari pasar keuangan Asia telah bergejolak, dan diprediksi akan mengalami pengetatan likuiditas lebih lanjut. Hal ini tentu bisa berdampak buruk pada kapasitas pembayaran utang sejumlah perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×