Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life), sebelumnya dikenal sebagai Sinarmas MSIG Life mencatat pembayaran klaim kesehatan di semester I-2024 sebesar Rp 336 miliar.
Head of Customer and Marketing MSIG Life, Lukman Auliadi mengatakan, pembayaran klaim di semester I-2024 tersebut mencerminkan komitmen perusahaan dalam melindungi nasabah di tengah biaya perawatan yang tinggi.
"Komitmen perlindungan ini didukung oleh kondisi finansial yang sangat sehat, dengan RBC (Risk-Based Capital) sebesar 1.876% per Juni 2024, jauh di atas ketentuan minimum regulator sebesar 120%,” ujar Lukman, kepada Kontan.co.id, Jumat (30/8).
Baca Juga: MSIG Bayarkan Klaim Asuransi Semester I-2024 Lebih dari Rp 300 Miliar
Tak hanya itu, Lukman menyebutkan klaim kesehatan meningkat 33% dibandingkan periode sebelumnya, dengan penyakit seperti Demam Dengue, Infeksi Saluran Pencernaan, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Thypus, dan Infeksi Bakteri menjadi penyebab utama klaim.
Dia mengatakan, MSIG Life akan selalu mendukung upaya bersama pemerintah dan industri dalam penguatan asuransi kesehatan melalui kolaborasi, serta pertukaran dan pemanfaatan data di industri, sehingga industri menjadi lebih sehat dan harga premi bisa lebih terjangkau serta lebih adil.
Lukman menambahkan bahwa perusahaan juga berkomitmen untuk mendukung masyarakat Indonesia dalam meningkatkan gaya hidup sehat dan memastikan perlindungan finansial saat risiko terjadi.
Baca Juga: Unitlink Pasar Uang MSIG Life Catatkan Kinerja Positif pada Juli 2024
“Komitmen ini diwujudkan melalui aplikasi mobile VEGA by MSIG Life dan MyFit+ by MSIG Life, yang membantu pengguna hidup lebih sehat dan memudahkan klaim saat risiko terjadi,” kata dia.
Selaras dengan hal ini, Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu mengakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, klaim kesehatan di industri asuransi jiwa Indonesia meningkat signifikan. Peningkatan ini mencerminkan semakin banyaknya masyarakat yang memanfaatkan asuransi jiwa untuk kebutuhan medis.
Togar menilai, hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tren peningkatan inflasi biaya medis, seiring meningkatnya kebutuhan medis yang dibarengi dengan kenaikan harga bahan baku farmasi dan alat kesehatan.
"Terlepas dari tantangan tersebut, kami tetap berkomitmen untuk memastikan pemegang polis menerima layanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kami berupaya menjaga keseimbangan antara pelayanan optimal dan pengelolaan biaya yang berkelanjutan," kata Togar saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (30/8).
Baca Juga: MSIG Life Catatkan Pertumbuhan Pendapatan Premi Sebesar 20% pada Semester I-2024
Togar mengatakan bahwa dengan adanya fenomena tersebut dampak pertama yang akan merasakannya yaitu, perusahaan asuransi jiwa. Untuk itu, dia menyebut bahwa industri asuransi kesehatan akan mengkaji ulang strategi bisnis guna mempertahankan stabilitas keuangan, dengan menyesuaikan tarif premi dan peninjauan produk kesehatan secara berkala.
Selain perusahaan asuransi jiwa, menurut dia, dampak kenaikan klaim kesehatan juga berpotensi dirasakan masyarakat.
Selain tarif premi yang semakin mahal, potensi tersebut antara lain juga dapat dilihat dari terbatasnya produk asuransi kesehatan yang memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit kritis.
Oleh sebab itu, Togar bilang, AAJI juga terus melakukan koordinasi secara intensif dengan berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Kesehatan, serta penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit, untuk bersama-sama mencari solusi atas tantangan dalam pengelolaan klaim asuransi kesehatan.
"Kolaborasi ini bertujuan menciptakan keseimbangan yang berkelanjutan antara industri asuransi dan sektor kesehatan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News