kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Multifinance pilih utang luar negeri


Selasa, 17 Februari 2015 / 09:41 WIB
Multifinance pilih utang luar negeri
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Christine Novita Nababan, Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perusahaan pembiayaan alias multifinance mulai melirik pendanaan dari luar negeri. Walaupun sumber dana domestik masih mendominasi, utang luar negeri multifinance tumbuh 12,92% di Desember 2014 dibandingkan tahun sebelumnya.

Mengutip data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri multifinance mencapai Rp 114,34 triliun per akhir tahun lalu. Pada Desember 2013, utang luar negeri multifinance sebesar Rp 101,25 triliun. Alhasil, porsi utang luar negeri terhadap pendanaan naik dari 41,61%  menjadi 44,83%.

Sementara, sumber pendanaan multifinance dari dalam negeri turun 0,97%. BI mencatat, total utang dalam negeri  mulitifinance di Desember 2013 mencapai Rp 142,11 triliun. Sedangkan, di Desember 2014, pendanaan dari dalam negeri Rp 140,73 triliun.

Salah satu pelaku multifinance yang sumber pendanaan luar negerinya cukup besar adalah PT Federal International Finance (FIF). Tahun lalu, perusahaan pembiayaan sepeda motor ini meminjam Rp 25 triliun hingga Rp 26 triliun.

"Pinjaman luar negeri 42%, pinjaman bank dalam negeri 9%, obligasi 6%, sisanya dari collection dan joint financing," ujar Jerry Fandy, Head of Treasury and Funding Division FIF.

Meski rupiah sedang loyo, Jerry mengakui hal tersebut tak berdampak terhadap pinjaman perusahaan. Sebab, FIF melakukan lindung nilai untuk mengantisipasi risiko fluktuasi nilai mata uang.

PT Astra Sedaya Finance (ASF) juga menambah pinjaman luar negerinya. Penyebabnya bermacam-macam mulai dari kondisi ekonomi domestik, suku bunga yang tinggi dan ketatnya likuiditas di dalam negeri.  "Sebelum 2013 memang pinjaman lokal besar, bunga murah. Siapa yang bisa menebak tahun lalu rupiah jadi mahal, likuiditas tidak ada makanya perusahaan mencari dana ke luar negeri," kata Jodjana Jody, Direktur Utama Astra Sedaya.

Tahun lalu, total pinjaman ASF mencapai Rp 27,5 triliun.  Obligasi mendominasi yakni sebesar 35%. Lalu pinjaman bersama dan dalam negeri masing-masing 30% dan 20%. Sementara, porsi pinjaman luar negeri mencapai 15% dari seluruh utang mereka.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×