kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.035   -30,48   -0,43%
  • KOMPAS100 1.051   -4,41   -0,42%
  • LQ45 826   -4,92   -0,59%
  • ISSI 214   -0,89   -0,41%
  • IDX30 424   -0,72   -0,17%
  • IDXHIDIV20 514   0,63   0,12%
  • IDX80 120   -0,63   -0,52%
  • IDXV30 125   1,29   1,04%
  • IDXQ30 142   0,26   0,19%

Multifinance pilih utang luar negeri


Selasa, 17 Februari 2015 / 09:41 WIB
Multifinance pilih utang luar negeri
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Christine Novita Nababan, Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perusahaan pembiayaan alias multifinance mulai melirik pendanaan dari luar negeri. Walaupun sumber dana domestik masih mendominasi, utang luar negeri multifinance tumbuh 12,92% di Desember 2014 dibandingkan tahun sebelumnya.

Mengutip data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri multifinance mencapai Rp 114,34 triliun per akhir tahun lalu. Pada Desember 2013, utang luar negeri multifinance sebesar Rp 101,25 triliun. Alhasil, porsi utang luar negeri terhadap pendanaan naik dari 41,61%  menjadi 44,83%.

Sementara, sumber pendanaan multifinance dari dalam negeri turun 0,97%. BI mencatat, total utang dalam negeri  mulitifinance di Desember 2013 mencapai Rp 142,11 triliun. Sedangkan, di Desember 2014, pendanaan dari dalam negeri Rp 140,73 triliun.

Salah satu pelaku multifinance yang sumber pendanaan luar negerinya cukup besar adalah PT Federal International Finance (FIF). Tahun lalu, perusahaan pembiayaan sepeda motor ini meminjam Rp 25 triliun hingga Rp 26 triliun.

"Pinjaman luar negeri 42%, pinjaman bank dalam negeri 9%, obligasi 6%, sisanya dari collection dan joint financing," ujar Jerry Fandy, Head of Treasury and Funding Division FIF.

Meski rupiah sedang loyo, Jerry mengakui hal tersebut tak berdampak terhadap pinjaman perusahaan. Sebab, FIF melakukan lindung nilai untuk mengantisipasi risiko fluktuasi nilai mata uang.

PT Astra Sedaya Finance (ASF) juga menambah pinjaman luar negerinya. Penyebabnya bermacam-macam mulai dari kondisi ekonomi domestik, suku bunga yang tinggi dan ketatnya likuiditas di dalam negeri.  "Sebelum 2013 memang pinjaman lokal besar, bunga murah. Siapa yang bisa menebak tahun lalu rupiah jadi mahal, likuiditas tidak ada makanya perusahaan mencari dana ke luar negeri," kata Jodjana Jody, Direktur Utama Astra Sedaya.

Tahun lalu, total pinjaman ASF mencapai Rp 27,5 triliun.  Obligasi mendominasi yakni sebesar 35%. Lalu pinjaman bersama dan dalam negeri masing-masing 30% dan 20%. Sementara, porsi pinjaman luar negeri mencapai 15% dari seluruh utang mereka.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×