Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Investor pasar modal tengah mencermati saham perbankan memasuki musim Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Tradisi tahunan perbankan membagikan dividen menjadi salah satu momentum yang selalu ditunggu investor, terutama karena imbal hasil tunai yang dianggap lebih pasti dibanding menunggu kenaikan harga saham.
Sektor perbankan masih menjadi salah satu yang paling disiplin dalam menyetor dividen, khususnya kelompok bank besar atau big banks seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI).
BBCA menjadi bank yang mengawali musim ini dengan rencana memberikan dividen interim tunai sebesar Rp 55 per saham, naik 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Jika mengacu tren dalam lima tahun terakhir, dividend yield bank-bank besar berada di kisaran 2%–9%, dengan BMRI dan BBRI sebagai yang paling menarik secara persentase.
Sementara itu, pergerakan harga saham bank pada 2025 terlihat bergerak moderat, mengikuti perlambatan pertumbuhan kredit dan tekanan biaya dana.
Muhammad Wafi, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) menilai, BBCA, BBRI, BMRI, BBNI memiliki rekam jejak panjang dalam menjaga payout ratio yang stabil, termasuk rutinitas pembagian dividen interim dan final.
"BBCA dikenal mengusung model pembagian dividen yang stabil dan terprediksi, sedangkan BBRI kerap menawarkan imbal hasil (yield) yang lebih menarik berkat tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang tinggi dan komitmen kuat terhadap pengembalian nilai kepada pemegang saham," jelas Wafi kepada kontan.co.id, Selasa (25/11/2025).
Di tengah volatilitas pasar tahun ini, ia menilai strategi dividend hunting menjadi lebih atraktif karena mampu memberikan imbal hasil langsung dalam bentuk kas.
“Return harga saham bank masih mixed, sehingga dividen menjadi alat kompensasi yang cukup menarik, terutama di tengah kondisi pasar yang belum stabil,” ujar Wafi.
Meski demikian, prospek jangka panjang sektor perbankan tetap dipandang solid. Peluang pemulihan valuasi big banks dinilai terbuka lebar seiring ekspektasi penurunan suku bunga Bank Indonesia pada 2026. Jika biaya dana (cost of fund) mulai normal, sektor perbankan diperkirakan dapat kembali mencatatkan kinerja yang mengungguli (outperform).
Dari sisi yield realistis dan stabilitas, BBRI, BMRI, dan BBNI disebut sebagai kandidat paling menarik bagi investor pemburu dividen. Sementara itu, BBCA tetap menjadi pilihan defensif berkat kualitas aset dan likuiditas yang kuat, meski dividen yield-nya relatif kecil.
Wafi menyarankan, ke depan investor dapat melakukan akumulasi bertahap ketika terjadi koreksi harga. Fokus utama adalah emiten perbankan yang memiliki ROE tinggi, porsi dana murah (CASA) besar, serta pertumbuhan yang stabil.
"Strategi ini mampu memberikan keseimbangan antara potensi dividen dan peluang capital gain dalam jangka panjang," imbuhnya.
Adapun Handiman Soetoyo, Managing Director Solstice Indonesia menjelaskan, bahwa sektor perbankan Indonesia memang tergolong royal dalam membagikan dividen. Hal ini tercermin dari dividend payout ratio yang tinggi pada sejumlah bank besar seperti BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, hingga bank pembangunan daerah seperti Bank BPD Jawa Timur (BJTM) dan Bank Jabar Banten (BJBR).
“Dividend yield tertinggi saat ini juga masih didominasi oleh perbankan, terutama BBRI, BMRI, BBNI, BNGA, NISP, BJTM, dan BJBR,” ujar Handiman.
Tingginya dividen tersebut, lanjutnya, ditopang oleh rasio permodalan (CAR) yang sangat kuat, mencapai 26,15% per September 2025, jauh di atas ketentuan minimum regulator.
Sementara menurut Handiman, secara historis, capital gain memberikan potensi keuntungan lebih besar dibandingkan dividen karena yield biasanya hanya berada di kisaran satu digit. Namun kondisi 2025 berbeda. Harga saham perbankan bergerak negatif, sehingga dividen menjadi kompensasi menarik bagi investor.
“Di tahun seperti sekarang, dividen yield relatif lebih menguntungkan karena pasar sedang melemah. Investor bisa mendapatkan return kas langsung sembari menunggu pemulihan harga,” jelas Handiman.
Handiman menilai sejumlah bank masih memberikan peluang menarik bagi pemburu dividen, di antaranya, BBRI, BMRI, BBNI, BNGA, NISP,BJBR, dan BJTM.
Ia menambahkan bahwa secara valuasi, banyak saham perbankan kini diperdagangkan di bawah rata-rata historis lima tahunan, sehingga menjadi momentum untuk mulai mengoleksi dengan strategi dollar cost averaging (DCA).
“Biasanya harga saham cenderung menguat menjelang musim RUPS pada Maret–April, karena pasar mulai mengantisipasi besaran pembagian dividen,” ujarnya.
Handiman menegaskan bahwa tahun ini merupakan momentum penting bagi dividen investor untuk mengakumulasi saham perbankan. Dengan fundamental kuat dan prospek pemulihan pasar, strategi dividend investing dinilai dapat memberikan kombinasi imbal hasil yang stabil dan potensi capital gain jangka panjang.
“Bagi investor dividen, ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan,” pungkasnya.
Selanjutnya: Industri Petrokimia Tumbuh, Impor LPG dari AS Diproyeksi Meningkat
Menarik Dibaca: Promo Indomaret Beli 1 Gratis 1 dan Beli 2 Gratis 1, Berlaku sampai 26 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













