Reporter: Mona Tobing |
JAKARTA. Masyarakat semakin berminat menggunakan layanan pembiayaan berasaskan hukum Islam (syariah). Sejak pemberlakuan aturan uang muka atau down payment (DP) minimum pada Juni lalu, sejumlah perusahaan pembiayaan (multifinance) yang memberikan skema kredit syariah mencatat kinerja nan-dahsyat. Pembiayaan mereka setiap bulan tumbuh hampir mencapai 40%.
Ada tiga faktor yang mendorong melejitnya pertumbuhan pembiayaan syariah. Pertama, permintaan (demand) pembiayaan syariah tinggi karena kemampuan debitur membayar uang muka rendah masih banyak.
Kedua, peranan diler yang menjembatani untuk pembiayaan di syariah. Terakhir, untuk di daerah-daerah tertentu dengan kantung-kantung masyarakat mayoritas beragama Islam, menjadikan pembiayaan syariah sebagai pilihan pertama dalam membeli barang secara kredit.
Al Ijarah Indonesia Finance (Alif), perusahaan pembiayaan 100% syariah menjadi salah satu yang merasakan kenaikan pembiayaan. Efrinal Sinaga Direktur Alif menyebutkan, setiap bulan terjadi kenaikan pembiayaan hampir 40% untuk pembiayaan sepeda motor. Hingga Oktober lalu, total pembiayaan Alif sekitar
Rp 1,4 triliun tumbuh hampir 30% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Efrinal mengatakan, peranan diler menyosialisasikan DP kepada debitur dianggap paling penting. "Sebenarnya, banyak yang masyarakat yang belum tahu aturan DP, tapi mereka lebih memilih kredit kendaraan bermotor dengan uang muka murah," terang Efrinal, pekan lalu.
Ekspansi bisnis
Smart Multifinance (Smart Finance), perusahaan pembiayaan yang bisnis intinya di kredit sepeda motor juga menuai berkah dari syariah. H.M. Imanuddin Nur, Direktur Finance Syariah Smart Finance, mengatakan, sejak Juni lalu kontribusi pembiayaan syariah telah menyumbang sekitar 50% dari total portofolio. Padahal, perseroan hanya menargetkan kontribusi pembiayaan dari unit usaha syariah (UUS) sebesar 15%. "Tahun depan, komposisi pembiayaan syariah naik jadi 70%," kata Imanuddin.
Multifinance ini juga tengah mengkaji rencana bisnis berupa spin off. Manajemen telah menetapkan syarat untuk spin off, yakni bila pembiayaan syariah sudah mendominasi ketimbang konvensional pada tahun depan. Sampai Oktober ini, total nilai pembiayaan Smart Finance telah mencapai Rp 220 miliar.
Tingginya permintaan pembiayaan syariah berasal dari Pulau Jawa. Selain karena kemampuan masyarakat membayar DP rendah masih tinggi. Pangsa pasar pembiayaan syariah dari luar Pulau Jawa juga terbilang tinggi. Imanuddin mencontohkan, di Pulau Kalimantan perseroannya mendapatkan captive market yang berasal dari merek motor Yamaha.
Sepertinya konsumen memang masih membutuhkan DP 10%-15%, khususnya yang berasal dari luar Pulau Jawa. "Karena itu kami akan membuka beberapa kantor cabang tahun depan," kata Imanuddin. Smart Finance menargetkan membuka 10 kantor cabang, antara lain di Kalimantan, Sulawesi dan Malang. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News