Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mewaspadai adanya kenaikan kredit macet atau non performing loan (NPL) di tahun ini. Tidak ingin mengulang kejadian tahun 2011, MTF secara persuasif memberikan pilihan kepada nasabah untuk direstrukturisasi.
Ignatius Susatyo Wijoyo, Direktur Utama MTF mengakui, saat ini costumer mulai batuk-batuk dalam membayar cicilan kredit kendaraan. Hal ini tercermin dari kenaikan angka NPL yang mencapai 1,2% pada Agustus kemarin. Padahal perusahaan menargetkan angka NPL tidak lebih dari 1,1%.
"Ratio ini sudah menjadi perhatian kami. Sebab kami pernah mengalami rasio NPL hingga 1,5% pada tahun 2011 karena ada kredit motor. Sejak itu kami hapuskan untuk kredit motor. Namun ternyata kredit mobil juga sedang tidak bagus saat ini karena kondisi makro," kata Igantius belum lama ini.
September ini, MTF memperkirakan adanya kenaikan NPL lagi menjadi 1,3%. Ignatius bercerita banyak nasabah yang telah berjalan 10 bulan sampai 12 cicilan, namun tiba-tiba pembayaran cicilannya tersendat.
Menurutnya, tersendatnya pembayaran cicilan tersebut paling banyak berasal dari costumer retail. Meski begitu, ada juga nasabah korporat yang bernasib sama.
Tidak ingin laba tergerus karena kenaikan NPL, MTF pun lantas melakukan cara persuasif kepada nasabah dengan memberi pilihan, apakah kendaraan ditarik kembali atau kreditnya direstrukturisasi. Restrukturisasi maksudnya, costumer corporate MTF ditawarkan pilihan untuk membayar bunga terlebih dulu tapi dengan jangka waktu angsuran lebih panjang.
"Sebab nasabah korporasi nilai pembiayaannya besar hingga Rp 5 miliar sampai Rp 20 miliar. Jadi saat menunggak terasa sekali pengaruhnya pada kredit macet kami," papar Ignatius.
Sebaliknya, bagi costumer retail tidak ada pilihan selain melakukan penarikan kendaraan saat mulai mengalami gagal bayar. Jumlah costumer MTF saat ini mencapai 370.000 nasabah dengan persentase 90% berasal dari individu dan 10% berasal dari korporat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News