Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Salah satu dampak era suku bunga tinggi adalah mendorong nasabah kaya dan nasabah korporasi untuk menaruh dananya di berbagai layanan produk investasi di perbankan, dan menahan diri untuk tidak melakukan ekspansi bisnis.
Selain itu, mendekati masa pemilu, sejumlah ekonom dan pengamat perbankan menilai para pengusaha dan korporasi memilih untuk memarkirkan dananya di bank karena sedang menunggu hasil pemilu, apakah aman dan pro pengusaha atau tidak.
Sementara itu, para bankir juga menilai, menjelang masa pemilu, nasabah cenderung memilih produk investasi yang aman.
Sebelumnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan data per Oktober dimana simpanan nasabah dikisaran Rp 2 miliar sampai R p5 miliar tumbuh paling tinggi tumbuh 7,5% secara tahunan (YoY).
Baca Juga: Sejumlah Perbankan Asing Rampungkan Penjualan Bisnis Ritel di Akhir Tahun
Bahkan, pertumbuhannya hampir dua kali lipat dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) yakni 3,4% YoY. Sementara simpanan nasabah di atas Rp 5 miliar mengalami pertumbuhan paling cepat secara bulanan, yakni 1,2% (MoM).
Di sisi lain, selain simpanan nasabah yang meningkat tersebut, perbankan juga mencatat tren positif pada kelolaan dana wealth management per November 2023.
Seperti yang dialami PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), hal ini terlihat dari total Asset Under Management (AUM) kelolaan Bank Mandiri Welath Management yang tumbuh mencapai hampir 20% YoY, atau sekitar Rp130 triliun hingga akhir November 2023.
SVP Wealth Management Bank Mandiri, Sista Pravesthi, mengatakan, era suku bunga tinggi memberikan imbal hasil yang menarik untuk kelas aset pendapatan tetap, sehingga para investor akan cenderung berinvestasi di kelas aset ini yang tentunya berdampak positif terhadap dana kelolaan wealth.
"Tahun 2024 diharapkan siklus suku bunga global telah mencapai puncak dan akan cenderung menurun yang dapat berdampak positif terhadap aset kelas lainnya seperti ekuitas," kata dia kepada Kontan, Sabtu (16/12).
Baca Juga: Lebih Cepat, Transaksi Digital Tumbuh Melesat
Selain itu, Sista juga menyebut peningkatan dana kelolaan wealth menagament Bank Mandiri seiring dengan peningkatan jumlah investor dan kesadaran mereka terhadap produk-produk investasi.
Dia merinci, adapun nasabah Wealth Bank Mandiri cenderung menaruh dananya pada produk obligasi dan reksadana pasar uang. "Terlebih, menjelang tahun politik, nasabah cenderung memilih produk investasi yang aman dan tidak terlalu fluktuatif," terangnya.
Senada, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan wealth management.
General Manager Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia mengatakan menjelang akhir tahun, aliran dana di segmen wealth management lebih banyak masuk ke produk funding. Alhasil ini berdampak pada komposisi dana pihak ketiga (DPK) BNI meningkat.
"Periode pemilu yang akan berlangsung di Februari 2024, juga berdampak pada penambahan porsi dana likuid nasabah di perbankan," kata dia kepada Kontan.
Baca Juga: Kisah Wiko Harry Tanata yang Setia Berinvestasi di Reksadana
Henny juga mengatakan, bagi nasabah perbankan menjelang momen akhir tahun 2023 ini juga dimanfaatkan untuk masuk ke produk obligasi pemerintah, karena yield saat ini masih sangat menarik dengan tingkat risiko yang minimal.
Selain itu, dia juga menyebut penetrasi di produk investasi dan insurance juga terus tumbuh agresif dan konsisten menyesuaikan dengan demand nasabah yang sudah banyak aware terhadap produk-produk yang memberikan return optimal.
"Hal ini berdampak positif pada peningkatan product holding ratio yang inline dengan bertumbuhnya kepercayaan nasabah terhadap layanan dan wealth advisory BNI," kata dia.
AUM Emerald BNI juga tumbuh sejalan dengan pertambahan jumlah nasabah dari akuisisi dan nasabah yang upgrade ke segmen yang lebih tinggi. Alhasil Henny menyebut kebutuhan nasabah Emerald terhadap produk Wealth BNI khususnya tercermin pada peningkatan dana kelolaan di investment & bancassurance yang naik 18 % YoY per November 2023.
Tahun depan Henny memproyeksikan penurunan tingkat suku bunga akan menjadi trigger investor untuk menambah portofolionya di pasar modal sejalan dengan optimisme dan opportunity di pasar saham dan obligasi.
Baca Juga: Manulife Indonesia Luncurkan Solusi Syariah Manulife Perlindungan Diri Syariah
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Handayani juga mengatakan, kondisi Wealth management BRI di era suku bunga tinggi dan likuiditas yang cukup ketat di pasar saat ini, tetap menunjukkan pertumbuhan asset kelolaan dana yang positif, baik dari sisi DPK maupun investasi dan bancassurance.
Henny mencermati tren ke depan era bunga tinggi nampaknya tidak akan terjadi dalam waktu yang panjang untuk menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi, untuk itu pihaknya sudah berupaya untuk meningkatkan literasi dan pendampingan ke nasabah BRI untuk melakukan reportofolio asset yang ada di BRI
"Apabila pertumbuhan ekonomi terjaga dan likuiditas di pasar semakin baik, maka kami optimis dana kelolaan wealth management BRI tahun depan tetap tumbuh dengan optimal," kata dia.
Handayani merinci, saat ini posisi AUM Wealth Management BRI hingga 11 Desember 2023 sekitar Rp 205 triliun, dengan komposisi portofolio nasabah masih didominasi oleh DPK, kemudian diikuti oleh Obligasi, Saham, dan Reksadana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News