Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keuntungan bisnis perbankan makin tipis di tahun 2019 jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) industri perbankan yang berada di level 4,9% per September 2019. Posisi ini nyaris tak bergerak sejak bulan Mei 2019 silam.
Bank umum kelompok usaha (BUKU) IV yang mencatatkan NIM sebesar 5,48% di kuartal III 2019. Margin ini menurun dari periode tahun lalu yang sempat menyentuh 5,8%.
Bank menengah atau BUKU III terpantau menjadi kelompok bank dengan penyusutan NIM paling tajam. Data OJK menunjukkan NIM BUKU III turun 25 bps secara tahunan menjadi 3,97% di kuartal III 2019.
Baca Juga: LTV dilonggarkan, tahun depan KKB diramal bakal moncer
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, penurunan NIM lebih disebabkan oleh likuiditas dan kemampuan tiap bank menyalurkan kredit. Apalagi, Bank Indonesia (BI) juga sudah menurunkan tingkat bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (7DRRR) sebanyak 100 bps tahun ini menjadi 5%.
Jahja juga mengatakan, ruang penurunan NIM masih bisa berlanjut sampai tahun depan. Tapi, NIM malah bisa meningkat jika kondisi likuiditas dan permintaan kredit memadai. "Bunga tidak bisa diramal tetap stabil atau turun terus, jadi NIM tergantung dari tingkat bunga," kata Jahja kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).
BCA mencatat NIM 6,2% hingga September 2019, mengalahkan BUKU IV lainnya. Pun, kondisi tersebut naik 10 basis poin dari tahun sebelumnya atau year on year (yoy).
Baca Juga: Tertekan dalam dua tahun terakhir, IHSG berpotensi moncer pada 2020
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang merupakan BUKU III mengatakan, penurunan NIM bakal berlanjut. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan, suku bunga kredit diramal akan mulai turun di tahun 2020. "Ini akan diawali dengan penurunan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) dari 7% menjadi 6%," ujar Ferdian.
Bank dengan kode saham BJTM mengakui NIM tahun ini memang turun. Tapi, NIM Bank Jatim masih berada di 6,13% atau di atas target bank ini pada 6%. Tahun depan, Bank Jatim memastikan NIM akan meningkat.
Beberapa strategi yang akan digarap yakni melalui strategi promo suku bunga di beberapa skim kredit untuk mendorong penyaluran pembiayaan. Di tahun 2020, Bank Jatim juga mengembangkan digital banking yaitu e-form kredit. "Ini bisa memudahkan dan mempercepat proses kredit, dan diproyeksi kredit bisa tumbuh dua digit dan mampu meningkatkan NIM," kata dia.
Baca Juga: Bank asing minta pemberian pinjaman fintech diperketat, kenapa?
Senada, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) penurunan suku bunga acuan tidak akan berdampak signifikan secara singkat terhadap penurunan bunga kredit. "Hal ini mengindikasikan bahwa tiap bank punya struktur pendanaan yang berbeda-beda," ujar Muhammad Asadi Budiman, Sekretaris Perusahaan Bank BJB.
Bank dengan kode saham BJBR ini menilai, walau NIM masih akan berangsur turun, pihaknya tak khawatir lantaran bank masih bisa mencari pendapatan di luar bunga kredit. Salah satunya yaitu fee based income (FBI). Budiman menambahkan, Bank BJB juga terus melakukan inovasi layanan untuk meningkatkan volume transaksi nasabah agar berdampak pada kenaikan FBI.
Adapun, per September 2019 NIM Bank BJB ada di level 5,7%. Menurun dari tahun sebelumnya sebesar 6,5%. "Kami berusaha jaga di level stabil saat ini," sambung Budiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News