Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio pendapatan bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan semakin tebal setidaknya di tiga bulan pertama tahun ini. Artinya, potensi keuntungan perbankan dari dana yang disalurkan semakin besar.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2023, NIM perbankan secara industri tercatat sebesar 4,77%, angka tersebut lebih naik dari posisi akhir tahun di level 4,71% dan posisi Maret 2022 yang berada di level 4,53%.
Jika dilihat sejak awal tahun, posisi NIM di Maret 2023 masih di bawah dari posisi awal tahun yang tembus 4,89% di Januari 2023. Tapi, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang berada pada posisi 4,72%.
Melihat kondisi tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae berpendapat bahwa terkait NIM, sejatinya terlalu banyak faktor yang mempengaruhi apakah itu naik atau turun.
Baca Juga: Kinerja Emiten Bank Lapis Dua Masih Solid pada Kuartal I-2023, Siapa Jawaranya?
“Itu sangat tergantung individual bank,” ujar Dian kepada KONTAN, akhir pekan kemarin.
Meskipun demikian, Dian mengungkapkan bahwa salah satu yang penting terkait NIM ke depannya adalah perbankan perlu memberikan transparansi tingkat suku bunga bagi nasabahnya, sesuai dengan amanat UU No. 4/2023 terkait Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
“Nanti OJK akan atur itu,” tambahnya.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Lani Darmawan mengungkapkan bahwa saat ini posisi NIM di perusahaannya terbilang cukup stabil.
Dimana, pada kuartal pertama 2023, NIM CIMB Niaga berada di level 4,71%, sedikit naik dari periode sama tahun lalu yang ada di level 4,46% dan turun dari posisi akhir tahun 2022 yang ada di level 4,90%.
“Sampai akhir tahun berkisar 4,6% hingga 4,8%,” ujar Lani.
Menurutnya, stabilitas NIM di tahun ini dikarenakan predikisnya tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan BI lagi sampai akhir tahun sehingga bunga kredit juga bisa ditahan.
Lani juga tidak menutup kemungkinan bahwa NIM bisa mengalami penurunan, mengingat ada kemungkinan juga suku bunga acuan BI bisa ada penurunan.
“Tetapi bank juga berusaha untuk bisa efisien di cost of fund (CoF). Saat ini CoF sudah stabil dan kami harapkan turun dalam kuartal ke depan,” tambahnya.
Baca Juga: Efek Kenaikan Suku Bunga Acuan Mulai Terasa ke Peningkatan Biaya Dana Bank
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) Yuddy Renaldi mengungkapkan bahwa berkaca pada kondisi sekarang, ia melihat NIM bakal terkoreksi di tahun ini.
Per 31 Maret 2023, BJB mencatat NIM berada pada level 4,8%. Angka tersebut masih berada diatas NIM rata-rata secara industri.
“Sebagaimana perkiraan para ekonom dimana suku bunga akan melandai, tekanan terhadap cost of fund perbankan pun akan mereda, demikian juga pada NIM,” ujarnya.
Meski demikian, Yuddy melihat permintaan kredit masih cukup baik, dimana kredit perbankan tumbuh 9,93% yoy per Maret 2023. Pertumbuhan tersebut membuat adanya optimisme untuk mengkompensasi dampak tekanan NIM dari kenaikan suku bunga.
“Seiring dengan melandainya suku bunga, mudah-mudahan NIM tetap terjaga diatas 4.50%,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News