kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

NPL Membuncit, BTN Bersih-bersih Aset Bermasalah


Sabtu, 08 Oktober 2022 / 11:33 WIB
NPL Membuncit, BTN Bersih-bersih Aset Bermasalah
ILUSTRASI. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN)


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengandalkan kredit pembiayaan kroperti baik yang bentuknya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), maupun kredit konstruksi yang membuat perusahaan menjadi kolateral kuat.

Pasalnya, aset properti dalam bentuk tanah atau bangunan merupakan bentuk investasi jangka panjang yang harganya terus menanjak setiap tahun.

Dinamika kondisi perekonomian menentukan ekonomi debitur, termasuk kemampuan finansial mereka dalam membayar cicilan. Bahkan, tak jarang para debitur mundur di tengah jalan terdampak gejolak ekonomi, seperti pandemi akibat  Covid-19 yang melanda beberapa waktu lalu.

Alhasil, industri perbankan harus putar otak untuk “menyelamatkan” nasabah. Pemerintah memberikan beragam stimulus untuk membantu pemulihan perekonomian termasuk ke perbankan dan juga para debitur, salah satu stimulusnya yaitu restrukturisasi, yang setidaknya dapat meringankan beban para debitur.

Namun, tidak semua dapat bertahan selepas pandemi, sekalipun perbankan telah menggelontorkan beragam cara untuk membantu debitur baik korporasi maupun ritel untuk menyelesaikan kreditnya.

Baca Juga: Akan Rights Issue, Ini Harga Wajar Saham Bank BTN (BBTN) Menurut Para Analis

Ada yang akhirnya terpaksa menyerahkan aset properti yang sudah mereka cicil ke Bank karena alasan tidak mampu lagi membayar angsuran. Kredit macet tak dimungkiri memberikan beban ke Bank. Non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah bank pun membuncit, seperti yang dialami oleh Bank BTN khususnya di segmen kredit konstruksi.

Corporate Secretary Bank BTN Achmad Chaerul menerangkan, NPL terjadi dikarenakan adanya permasalahan pembayaran oleh debitur. Lebih lanjut, permasalahan pembayaran ini sering kali dipicu oleh ketidakmampuan debitur untuk mencicil disebabkan kondisi perekonomiannya yang sedang menurun.

"Aset NPL sangat berpotensi untuk dijual kembali kepada investor. Sehingga saat ini BTN sering melakukan kegiatan Asset Sales Festival," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Asset Management Bank BTN Elisabeth Novie Riswanti, pernah menyampaikan kepada Kontan, Rasio NPL untuk segmen kredit konstruksi sempat naik pada semester pertama tahun 2022, salah satunya, dipengaruhi kondisi debitur yang belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19.

Untuk meningkatkan upaya penyelesaian kredit, bank juga aktif melakukan sejumlah upaya namun pada akhirnya banyak debitur yang akhirnya mengibarkan bendera putih atau gagal membayar utangnya.

Sebagai informasi, kredit konstruksi adalah jenis kredit yang di Bank BTN yang lebih dikenal dengan Kredit Yasa Griya (KYG), di mana kredit ini diperuntukkan bagi developer, baik lembaga maupun perorangan yang kaitannya untuk pembangunan rumah atau apartemen yang kemudian pada akhirnya akan dijual ke masyarakat menggunakan fasilitas KPR maupun KPA.

 

Menanggapi masalah ini, Bank BTN tidak tinggal diam dalam mengelola aset-aset bermasalahnya, perlahan tapi pasti BTN makin gencar melakukan pembersihan aset bermasalah baik  yang muncul dari kredit konsumer maupun kredit konstruksi. Aset tersebut dilelang untuk dapat memberikan return ke perusahaan. Ada dua macam acara khusus lelang aset bermasalah yang digelar secara rutin oleh Bank BTN .

Intinya secara internal, selain langkah-langkah tersebut Novie menegaskan Bank BTN  telah menyiapkan berbagai hal untuk mendukung pelaksanaan bulk sales, termasuk aturan dan kebijakannya.

Novie menuturkan, BTN juga masih terus berkoordinasi dengan stakeholder dan juga regulator agar bulk sales ini memenuhi ketentuan-ketentuan dan juga GCG.

“Diharapkan kegiatan dimaksud dapat terealisasi pada semester kedua tahun 2022 ini, di mana target tahap pertama bulksales dapat terealisasi sekitar Rp 1 triliun,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×