Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tingkat kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) perbankan hingga Mei 2017 bergerak stabil. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, tidak terlihat tanda-tanda kenaikan NPL dalam waktu dekat.
Mengutip data OJK, per Mei 2017 posisi NPL perbankan berada di level 3,09%. Angka ini sedikit lebih tinggi dari sebulan sebelumnya, April 2017, yakni 3,02%.
"Dari sisi jumlah masih stabil. Kalau ada penghapusbukuan, bisa menurun," terang Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Perbankan OJK, Selasa (4/7).
Sejumlah bankir mengamini rasio kredit macet di banknya belum bergerak membaik. Salah satu sebabnya, kata Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi, lantaran penyelesaian NPL yang tertunda di bulan Mei hingga Juni 2017.
"Ada yang mundur penyelesaian kredit bermasalah. Sampai Juni masih turun sedikit, menjadi sekitar 4%," ucap Glen saat ditemui KONTAN di kantor OJK, kemarin.
Sebelumnya, manajemen Bukopin menyatakan bakal menekan rasio kredit bermasalah ke level 3,5%, dari posisi per Mei 2017 yang di kisaran 4%.
Glen menandaskan, sampai saat ini penyumbang kredit bermasalah di Bukopin masih bersumber dari sektor pertambangan. Bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Bosowa Corporindo tersebut yakin di kuartal III nanti, NPL Bukopin bisa turun signifikan.
Lain halnya dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang mampu menekan rasio NPL sebanyak 25 bps sepanjang bulan Mei hingga Juni 2017. "NPL Juni turun sedikit menjadi 3,2%, dibandingkan Mei di posisi 3,4%" kata Nixon Napitupulu, Direktur BTN.
Untuk menekan NPL, BTN akan terus merestrukturisasi kredit di segmen kredit pemilikan rumah (KPR) non subsidi. "Kira-kira 2.500 sampai 3.000 account direstrukturisasi, dengan rata-rata ticket size Rp 300 juta hingga Rp 400 juta per unit rumah," imbuh Nixon.
Selain itu, BTN juga menjual aset bermasalah lewat Asset Management Unit (AMU). BTN akan menjual aset bermasalah senilai Rp 50 miliar lewat unit AMU tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News