Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
Guna memenuhi target pembiayaan itu, Sudjono menyebut dibutuhkan dana senilai Rp 9 triliun hingga Rp 10 triliun. Perusahaan multifinance dengan sandi saham BFIN ini akan memenuhi dana tersebut dari berbagai sumber pendanaan.
“Pendanaan tidak ada masalah, kita sangat solid, pendanaan kita ada dari dalam dan luar negeri. Juga dari pasar modal, semuanya terbuka. Eksisting bank kita sudah banyak, itu kita kaji juga dari obligasi dan pinjaman sindikasi juga rutin kita terbitin. Juga dari MTN luar negeri juga kita kaji. Kita sudah siap tinggal tunggu momentum saja jadi sangat beragam,” ujar Sudjono.
Baca Juga: BNI Syariah targetkan KPR tumbuh di atas 12% tahun 2020
Ia mengaku kendati perbankan masih selektif memberikan pendanaan kepada perusahaan multifinance, BFI tidak kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank. Sudjono juga meyakinkan, BFI tidak memiliki ketergantungan pendanaan dari satu bank atau sumber pendanaan.
“Walaupun kita tidak dimiliki oleh bank, tapi kita udah kerja sama sejak lama dan bagus. Ekuitas kita yang sangat besar karena rasio modal terhadap hutang kecil, di bawah dua kali. Jadi sejauh ini sangat sehat,” jelas Sudjono.
Adapun strategi pendanaan lewat pasar modal, Sudjono bilang masih akan menerbitkan obligasi dalam mata uang Rupiah maupun dolar Amerika Serikat. Begitupun dengan pinjaman offshore juga masih akan dilanjutkan.
“Pinjaman offshore kita banyak sekali, sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu, tahun ini kita terbit US$ 200 juta. Tahun depan kita sesuaikan. Tapi dari market harusnya bagusnya,” papar Sudjono.
Baca Juga: OJK bakal miliki data fraud industri perbankan
Tak mau kalah, PT Federal Internasional Finance (FIF Group) juga membutuhkan pendanaan senilai Rp 13 triliun untuk bisnis pembiayaan pada 2020. Direktur Keuangan FIF Group Hugeng Gozali menyatakan pendanaan tersebut akan mendukung target pertumbuhan pembiayaan sebanyak 2% di tahun depan.