Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Johana K.
JAKARTA. Total outstanding penjaminan industri tembus hingga Rp 92,62 triliun sepanjang tahun lalu. Sebanyak Rp 56 triliun di antaranya mengalir untuk penjaminan usaha non produktif dan sisanya Rp 36,61 triliun mengalir untuk penjaminan usaha produktif. Demikian data yang dilansir situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kinerja industri penjaminan ini tercatat kinclong, terbukti dari peningkatan asetnya yang mencapai 23%. Yakni dari Rp 8,82 triliun pada 2013 menjadi sebesar Rp 10,87 triliun hingga akhir tahun lalu. Kenaikan aset ini juga ditopang oleh pertumbuhan investasinya yang melesat 36% menjadi Rp 8,258 triliun pada akhir tahun lalu.
Di sisi lain, industri penjaminan berhasil mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan efisiensi pada beban operasionalnya. Total beban operasional terjaga turun 6,9%, yaitu dari Rp 1,48 triliun pada akhir tahun 2013 lalu menjadi hanya Rp 1,38 triliun hingga akhir tahun lalu.
Walhasil, laba bersih industri penjaminan di sepanjang tahun lalu mekar merekah mencapai Rp 640,82 miliar atau bertumbuh 24,% jika dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yang berkisar Rp 513,72 miliar.
Hingga saat ini, jumlah pelaku industri penjaminan tercatat sedikitnya 14 perusahaan. Antara lain Perum Jamkrindo, PT Jamkrida Jatim, PT Jamkrida Bali Mandara, PT Jamkrida Riau, PT Penjaminan Pembiayaan Jamkrindo Syariah, PT Jamkrida Jabar, PT Jaminan Kredit Daerah NTB Bersaing.
Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK sebelumnya mengatakan, pihaknya akan terus mendorong masing-masing daerah membentuk perusahaan penjaminan kreditnya. “Tahun ini, kami menargetkan 10 perusahaan penjaminan kredit daerah lagi terbentuk,” imbuh Firdaus.
Menurut dia, pembentukan perusahaan penjaminan kredit daerah akan mendorong roda perekonomian daerah lebih maju. Karena, bank akan lebih terjamin dalam menyalurkan kreditnya ke pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News