kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OVO bidik transaksi digital di pasar tradisional Bersehati, Manado


Jumat, 02 Oktober 2020 / 10:50 WIB
OVO bidik transaksi digital di pasar tradisional Bersehati, Manado


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visionet Internasional sebagai pemegang uang elektronik OVO mendigitalisasi pasar tradisional Bersehati, Manado, Sulawesi Utara.

Melalui implementasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), pelaku UMKM, khususnya pedagang di pasar tradisional dapat melakukan transaksi minim kontak secara aman, nyaman dan praktis.

Baca Juga: Platform pembayaran PPRO ekspansi ke Indonesia lewat integrasi Ovo dan Dana

“OVO terus-menerus mengedukasi, mempromosikan dan mengajak masyarakat untuk mengadopsi pembayaran nirsentuh sebagai salah satu upaya menjaga protokol kesehatan. Langkah ini merupakan bentuk nyata komitmen OVO dalam mendukung inisiatif Digitalisasi Pasar Tradisional yang diusung oleh Kementerian Perdagangan serta Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, melalui implementasi QRIS, di kalangan pelaku UMKM,” ujar Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra dalam konferensi virtual pada Jumat (2/10).

Ia berharap konsumen dan pelaku UMKM dapat terus bertransaksi secara  nyaman, tanpa perlu melakukan kontak langsung di tengah pandemi. Hal ini sejalan dengan harapan pemerintah untuk terus menstimulasi pergerakan roda ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

“Sampai hari ini, pasar tradisional masih menjadi tempat favorit masyarakat dalam memenuhi kebutuhan berbelanja sehari-hari. Namun jangan sampai pasar tradisional malah menjadi lokasi yang berpotensi menyebarkan virus. Maka dari itu, saya mendukung langkah yang dilakukan OVO untuk mendigitalisasi Pasar Bersehati, yang merupakan pasar terbesar di Kota Manado ini,” tambah Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga.

Menurut Jerry, mobilitas dan aktivitas pasar yang penuh kontak fisik harus diubah menjadi mobilitas daring yang bukan saja minim kontak, tapi juga non tunai atau cashless.

Ia menilai program digitalisasi pasar, selain membantu meningkatkan pelaksanaan protokol kesehatan, juga akan mentransformasi dan merevitalisasi sistem interaksi masyarakat di pasar tanpa meninggalkan penunjang infrastruktur ekonomi.

Melalui digitalisasi pasar, kata Jerry, bisa menjadi potensi penambah pendapatan pedagang karena mereka bisa menjajakan dagangan secara daring, tanpa batas, dan membuka akses yang dahulu hanya bisa diakses di tempat bernama pasar saja.

Sementara dari sisi pembeli tidak harus pergi ke pasar secara rutin untuk membeli kebutuhan sehari-hari karena bisa membeli lewat gawai mereka.

“Dengan adanya QRIS, BI ingin mengintegrasikan sistem kanal pembayaran berbasis QR code sehingga terjadi interoperabilitas antara setiap PJSP baik bank maupun nonbank. Harapannya tentu saja semoga dengan program ini seluruh pelaku UMKM dapat difasilitasi dengan sistem pembayaran yang lebih cepat, mudah, murah, aman dan handal. Saya berharap digitalisasi ini tidak berhenti di Pasar Bersehati saja, tapi bisa diterapkan di seluruh pasar di Sulawesi Utara,” tutur Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat

Sebelumnya, OVO juga telah meluncurkan fitur Bayar QRIS dengan mengunggah dari Galeri Ponsel. Fitur ini merupakan penambahan kapabilitas sistem pembayaran QRIS MPM (merchant presented mode) yang memungkinkan pengguna memindai QR merchant, yang saat ini telah ada.

Pengguna cukup melakukan transaksi QRIS hanya dengan mengunggahnya melalui galeri ponsel mereka pada fitur scan.

Baca Juga: Kembangkan sistem dan produk, OVO hentikan sementara layanan paylater di Tokopedia

Kehadiran fitur tersebut sejalan dengan instruksi pemerintah terkait protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19 dengan menjaga jarak dan meminimalisir kontak langsung dengan orang sekitar. OVO juga ingin memfasilitasi para pengguna yang sedang melakukan isolasi mandiri sehingga mereka tetap bisa berbelanja.

OVO percaya prospek uang elektronik kedepan cukup besar. Ini dikarenakan adanya pemberlakuan normal baru yang membuat masyarakat beralih ke ranah digital khususnya di sistem pembayaran. Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×