Sumber: Bank Central Asia (BCA) | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi-investasi besar di dalam negeri tampaknya banyak yang masih tertunda akibat pandemi virus corona baru (Covid-19). Itu tercermin dari pembiayaan sindikasi pada tiga bulan pertama tahun ini. Realisasinya masih sepi dan jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total bank yang ikut berpartipasi dalam kredit sindikasi sebagai mandated lead arranger pada kuartal I 2020 hanya 20 bank dengan nilai kredit US$ 2,08 miliar.
Di triwulan yang sama pada 2019, ada total 36 bank mandated lead arranger dengan nilai US$ 4,83 miliar. Artinya terjadi penurunan sebesar 56,8%.
Baca Juga: Rating dipangkas Moody's, ini upaya Gajah Tunggal (GJTL) menjaga kinerja
Kredit sindikasi tahun ini mayoritas diikuti oleh bank asing, walaupun jawara penyalur kredit sindikasi masih diraih oleh bank lokal yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).
Lalu posisi berikutnya diduduki Mitsubishi UFJ Financial, UOB, CTBC Finacial, Sumitomo Mitsui Financial, Standard Chartered dan DBs Group.
BNI mencatatkan kredit sindikasi sebesar US$ 454,13 juta sepanjang Januari-Maret 2020. Itu turun separuh lebih dari sindikasi yang berhasil diraih bank ini pada kuartal I tahun lalu yang mencapai US$ 921,9 miliar.
Kredit sindikasi BNI tersebut hanya berasal dari satu proyek yakni proyek jalan tol Becakayu seksi 2A ruas Jakasampurna-Ahmad Yakni.
Adapun Mitsubishi yang ada diurutan kedua menyalurkan sindikasi US$ 254 juta dan UOB Rp 254 juta. Keduanya menyalurkan sindikasi di dua proyek yang sama. Sindikasi pertama disalurkan ke Adira Multi Finance dan sindikasi kedua diberikan ke BNI.
Sementara, Bank Madiri yang sepanjang 2019 menjadi pemberi kredit sindikasi terbanyak justru belum berhasil meneken kesepakatan pembiayaan sindikasi baru sepanjang tiga bulan pertama ini.
Padahal sebagai pembanding, bank pelat merah ini sudah mengantongi sindikasi US$ 388 juta pada kuartal I tahun lalu.
Baca Juga: Sepanjang 2019, penyaluran kredit Bank BTPN tumbuh 108%
Pemimpin Unit Sindikasi BNI Rommel Sitompul mengakui perlambatan kredit sindikasi pada triwulan pertama tahun ini akibat Covid-19.
Pandemi tersebut bikin proses kesepakatan pembiayaan sindikasi terhambat karena perlambatan kegiatan ekspor-impor, perlambatan kegiatan proses produksi (manufaktur), dan melemahnya kurs rupiah, serta likuiditas makin ketat.
Meski tantangannya berat, ia memandang bahwa prospek kredit sindikasi tahun ini masih tetap ada. Pasalnya, BNI masih memiliki beberapa pipeline pembiayaan yang akan dilakukan lewat mekanisme patungan tersebut. "Prospeknya tetap ada, namun Covid-19 ini membuat sindikasi melambat," ujar Rommel pada Kontan.co.id, Jumat (10/4).
Adapun pipeline BNI berasal dari sektor jalan tol dan pembangkit listrik. Sementara terkait kualitas outstanding kredit sindikasi perseroan masih cukup bagus sejauh ini. Rommel bilang, kredit masih sehat dan lancar. Pihaknya selalu melakukan pemantauan.
Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri tidak memberi jawaban spesifik penyebab belum adanya kesepakatan kredit sindikasi yang didapat perseroan di tiga bulan pertama tersebut.
Baca Juga: Butuh pendanaan Rp 15 triliun, Mandiri Tunas Finance andalkan pinjaman bank
Namun, ia mengatakan sindikasi tetap akan jadi salah satu inisiatif Bank Mandiri dalam melakukan ekspansi seperti pada proyek-proyek strategi pemerintah. Dalam melakukan inisiasi sindikasi, bank ini selalu mempertimbangkan profil usaha debitur, kondisi pasar, serta kondisi ekonomi secara umum.
Ke depan, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus mendukung bisnis korporasi lewat pembiayaan, termasuk di dalamnya lewat skema sindikasi. "Kami akan selalu berada di pasar untuk melihat berbagai peluang kerja sama yang bisa dilakukan nasabah-nasabah korporasi," kata Rully.
Rully mengatakan, kualitas outstanding kredit sindikasi Bank Mandiri saat ini juga masih terjaga dengan baik. Ia berharap NPL di segmen itu bisa tetap terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News