Reporter: Ferry Saputra | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan multifinance membeberkan beberapa tantangan yang dihadapi dalam menyalurkan pembiayaan alat berat di tahun ini. Salah satu yang sangat berpengaruh adalah tekanan harga komoditas.
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) menyebut penurunan harga komoditas, khususnya batubara, menjadi tantangan karena turut memengaruhi pembiayaan alat berat.
"Selain itu, situasi perekonomian domestik dan global yang masih belum menentu, serta konflik geopolitik yang berlangsung juga dapat memengaruhi pembiayaan alat berat," ucap Direktur Bisnis dan Portofolio Adira Finance Harry Latif kepada Kontan, Selasa (17/9).
Meskipun demikian, Harry tetap optimistis kondisi pembiayaan alat berat bisa membaik ke depannya. Untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan alat berat, Harry menerangkan Adira Finance akan meningkatkan kemampuan analitik dan melakukan perluasan dari sisi line up pembiayaan produk alat berat. Selain itu, dia bilang Adira Finance juga akan memperkuat sumber daya manusia dari sisi pemasaran agar bisa lebih menjangkau nasabah secara nasional.
Lebih lanjut, Harry menyebut porsi pembiayaan alat berat saat ini masih relatif kecil dari total portfolio pembiayaan perusahaan. Dia menyampaikan pembiayaan alat berat perusahaan tercatat mencapai sebesar Rp 380 miliar hingga Agustus 2024.
Baca Juga: BNI Finance Salurkan Pembiayaan Alat Berat Rp 72 Miliar hingga Agustus 2024
Persoalan harga komoditas juga diakui oleh PT BNI Multifinance (BNI Finance). Namun, Direktur Bisnis BNI Multifinance Albertus Hendi mengatakan tantangan juga datang dari naiknya harga alat berat karena kenaikan kurs.
Ditambah lagi, belakangan semakin banyak bermunculan brand-brand baru buatan China yang harganya lebih murah dibanding brand dari Jepang atau Eropa. Albertus mengatakan saat ini kontraktor yang membutuhkan alat berat juga mulai beralih ke brand-brand non Jepang dan Eropa.
"Saat ini, perusahaan belum dapat membiayai alat berat produk non Jepang dan Eropa, sehingga masih fokus dengan brand-brand ternama," katanya kepada Kontan, Selasa (17/9).
Meskipun demikian, Albertus meyakini pembiayaan alat berat diproyeksikan akan tetap bergairah ke depannya. Untuk mengantisipasi tantangan yang ada, dia mengatakan pihaknya akan mencari debitur-debitur dengan kinerja baik selama ini.
Albertus mengungkapkan BNI Finance berhasil menyalurkan pembiayaan alat berat hingga Agustus 2024 sebesar Rp 72 miliar.
"Nilai itu tumbuh 38%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ungkapnya.
Albertus menyebut pertumbuhan itu dikarenakan adanya dampak positif dari penambahan kantor cabang di Jawa Timur dan adanya penambahan team fleet.
Baca Juga: Porsi Piutang Pembiayaan Alat Berat BFI Finance Sebesar 12,5% pada Semester I-2024
Setali tiga uang, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) tak memungkiri ada tantangan yang harus dihadapi dalam menyalurkan pembiayaan alat berat hingga akhir tahun ini. Deputy Business Director BFI Finance Rudy Eddywidjaja menyampaikan tantangan yang akan dihadapi masih sama seperti pada semester I-2024, yakni adanya faktor global, termasuk harga komoditas yang tertekan.
"Tantangan untuk semester I-2024 sebenarnya tetap sama. Kalau dilihat dari situasi saat ini, kami tahu harga komoditas mulai tertekan lagi. Banyak juga situasi lain di dunia ini yang memang challenging banget," ucapnya saat ditemui di JI-Expo Kemayoran, Jumat (13/9).
Meskipun demikian, Rudy berharap tantangan tersebut bisa teratasi dengan penanganan yang optimal. Dia juga mempercayai dengan strategi yang diterapkan perusahaan bisa mengatasi segala tantangan yang ada.
Secara rinci, BFI Finance akan menerapkan strategi kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan alat berat. Dia bilang pihaknya akan memprioritaskan penyaluran pembiayaan kepada nasabah yang memang sudah punya cara berbisnis yang lebih proper dan punya kestabilan dalam growth bisnis mereka.
"Kami lebih mengarah ke sana. Kami percaya dengan strategi ke depannya dan kami optimistis semuanya akan berjalan dengan baik," katanya.
Rudy juga optimistis pembiayaan alat berat perusahaan bisa terus menunjukkan pertumbuhan hingga akhir tahun ini, bahkan berharap mencapai dobel digit. Hal itu seiring dengan pangsa pasar yang terbilang masih potensial, ditandai dengan pembangunan di mana-mana.
Sebagai informasi, BFI Finance mencatat porsi piutang pembiayaan dari segmen pembiayaan alat berat pada semester I-2024 mencapai 12,5%. Adapun nilai piutang pembiayaan dari sektor alat berat tersebut mencapai sekitar Rp 2,8 triliun atau tumbuh 10% secara YoY. Tercatat, piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) BFI Finance senilai Rp 22,4 triliun pada semester I-2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News