Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Tidak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnis, perbaikan kualitas pembiayaan juga menjadi perhatian manajemen.
Tahun lalu, NPF nett BRIsyariah sebesar 3,38%, membaik dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,97%.
Sementara Financing to Deposit Ratio (FDR) mencapai 80,12%, atau masih berada di level terjaga untuk likuiditas BRIsyariah.
Fidri bilang, pihaknya sangat serius berupaya melakukan perbaikan kualitas pembiayaan. Salah satu strateginya adalah monitoring pergerakan kualitas aktiva produktif harian secara terintegrasi.
Baca Juga: Bank syariah pacu pembiayaan infrastruktur
Selain itu, BRIsyariah juga melakukan penugasan Satuan Tugas khusus penyelesaian pembiayaan bermasalah di seluruh unit kerja cabang.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) BRIsyariah tercatat sebesar Rp 34,12 triliun pada tahun 2019, atau meningkat 18,23% dari tahun 2018 yang sebanyak Rp28,86 triliun.
Dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) memiliki kontribusi tertinggi dalam peningkatan DPK, yaitu sebesar 53,43%. Tercatat CASA BRIsyariah mengalami peningkatan di tahun 2019 menjadi 44,21% yang sebelumnya pada tahun 2018 sebesar 34,07%.
Dengan kinerja tersebut, BRIsyariah mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 13,74% (yoy) pada tahun 2019 menjadi Rp 43,12 triliun dari Rp 37,87 triliun di tahun 2018.
Adapun laba operasional sebelum pencadangan tercatat meningkat 25,16% menjadi Rp 972,18 miliar di tahun 2019.
Tahun ini, BRIsyariah akan semakin meningkatkan digitalisasi bisnisnya. Setelah meluncurkan aplikasi i-Kurma, BRIsyariah akan terus mengembangkan digitalisasi proses bisnis untuk segmen lainnya.
“Digitalisasi dalam Perbankan tidak bisa dielakkan. Kami akan terus berkembang, agar dapat meraup peluang di pasar yang lebih luas,” imbuh Fidri.
Baca Juga: Prospek Cerah, Pembiayaan Infrastruktur Kian dilirik Bank Syariah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News