kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendapatan laba bank-bank pelat merah belum kinclong, ini penyebabnya


Senin, 29 Juli 2019 / 05:05 WIB
Pendapatan laba bank-bank pelat merah belum kinclong, ini penyebabnya


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dua dari tiga bank milik negara yang telah melaporkan kinerja setengah tahunnya tercatat belum meraih laba yang mumpuni. Biaya dana yang besar ditambah tambahan pencadangan guna implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 jadi penyebabnya.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) misalnya, laba di semester awal tahun ini anjlok 8,4% (yoy) dari Rp 1,42 triliun (1H/18) menjadi Rp 1,3 triliun. Adapula PT Bank Negara Indonesia (BBNI) cuma meraih peningkatan laba 2,7% (yoy) dari Rp 7,43 triliun (1H/18) menjadi Rp 7,63 triliun (1H/19).

Baca Juga: Bunga Acuan BI, Pencadangan dan Likuiditas Bikin Berat Langkah Bank BTN (BBTN)

Cuma PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang berhasil meraih cuan lumayan. Yakni tumbuh 11,1% (yoy), dari Rp 12,1 triliun (1H/18) menjadi Rp 13,5 Triliun (1H/19). Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) belum melaporkan kinerjanya.

Direktur Utama BTN Maryono bilang penyebab anjloknya aba perseroan terjadi akibat kondisi makro global yang belum kondusif sejak 2018 hingga akhir semester 1/2019. Ini dibuktikan dari lima kali meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 175 bps sepanjang 2018.

“Karena bisnis utama kami di KPR subsidi, kami tidak ikut menaikkan bunga pada 2018 yang naik hingga lima kali. Makanya, cost of fund (biaya dana) kami juga meningkat, akhirnya net interest income kami juga menipis,” kata Maryono.

Pendapatan bunga bersih perseroan separuh 2019 ini memang ikut anjlok 1,05% (yoy) dari Rp 4,76 triliun (1H/18) menjadi Rp 4,71 triliun (1H/19).

Di sisi lain, Maryono juga menegaskan beban dana yang besar akibat kenaikan bunga acuan juga membuat likuiditas perseroan makin sempit, apalagi pendanaan BTN juga masih mengandalkan dana mahal yang pada Mei 2019 porsinya 56,74% atau senilai Rp 112,85 triliun dari total dana pihak ketiga perseroan senilai Rp 197,84 triliun.

Baca Juga: Beban bunga dan pencadangan membengkak, laba BTN tergerus 7,1% di semester I-2019

Dominasi dana mahal alias deposito ini juga yang mengerek pertumbuhan dana pihak ketiga perseroan. Hingga Juni 2019 BTN berhasil mengumpulkan DPK senilai Rp 234,89 triliun, tumbuh 15,895 (yoy).

“Semester II 2019 bunga acuan sudah turun, makanya kami juga akan optimalkan pencarian dana murah. Sekarang ada program ritel di BBTN dimana tiap cabang wajib mengejar pemupukan dana murah untuk menurunkan biaya dana,” lanjut Maryono.

Meskipun laba merosot, bank spesialis bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) ini justru mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang mumpuni Yaitu 18,78% (yoy), dari Rp 211,35 (1H/18) menjadi Rp 251,04 triliun (1H/19).




TERBARU

[X]
×