Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
Di lain sisi, Plt. Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu bilang pencadangan (coverage ratio) BTN juga meningkat guna persiapan implementasi PSAK 71. Tahun ini coverage ratio BTN mencapai 76%, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 49%.
Kondisi ini yang bikin likudiitas perseroan juga terus tergerus. Makanya Nixon bilang akhir tahun nanti BTN berencana memulai beberapa aksi korporasi. Yaitu menerbitkan Junior Global Bond senilai US$ 300 juta, dan rights issue guna menghimpun dana Rp 5 triliun hingga Rp 8 triliun selama lima tahun mendatang.
Baca Juga: Kinerja di bawah ekspektasi, saham BBNI dibuka di zona merah
Tingginya biaya dana, dan beban bunga juga jadi alasan pertumbuhan laba BNI sepanjang setengah musim awal ini mini. Bank berlogo angka 46 ini cuma meraih pertumbuhan laba 2,7% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode serupa tahun lalu sebesar 16% (yoy).
Sepanjang semester 1/2019, beban bunga BNi sendiri mencapai 10,98 triliun, meningkat 26,2% (yoy). Sementara biaya dana perseroan meningkat hingga 3,2%. Rasio tersebut paling tinggi sejak 2016. Makanya, pendapatan bunga bersih perseroan juga tumbuh mini cuma 1% (yoy. Dari Rp 17,44 triliun (1H/18) menjadi Rp 17,61 tiliun (1H/19).
Padahal, pertumbuhan kredit perseroan tumbuh signifikan sebesar 20,0% (yoy), dari Rp 457,80 triliun (1H/18) menjadi Rp 549,06 triliun (1h/19).
“Kredit ini dominan penyalurannya di kuartal II 2019, jadi kurang maksimal. Beban bunga dan cost of fund dibanding tahun lalu meningkat karena mayoritas kredit juga dari segmen korporasi dengan yield-nya lebih rendah," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo.
Baca Juga: Laba BNI hanya tumbuh 2,7% di semester I-2019, ini penyebabnya
Hal ini juga ditambah dengan tipisnya pertumbuhan dana murah BNi yang cuma tumbuh 0,6% (yoy) menjadi 64,6% dari total DPK. Hingga Juni 2019 total DPK BNI sendiri tumbuh 13 (yoy) menjadi Rp 595,06 triliun. Ini didorong dari pertumbuhan rekening giro sebesar 22,4% (yoy) dan deposito sebanyak 10,7% (yoy). Sementara pertumbuhan dana tabungan relatif landai, dengan pertumbuhan 7,5% (yoy).
Sedangkan Bank Mandiri yang secara konsolidasi pertumbuhan kreditnya lebih lambat dari dua kompatriotnya, justru mencatat peningkatat laba yang mumpuni.
Secara konsolidasi pertumbuhan kredit bank berlogo pita emas ini cuma 9,52% (yoy) dari Rp 762,5 triliun (1H/18) menjadi Rp 835,1 triliun (1H/19). Laba bersih Bank Mandiri dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 14,85% (yoy) menjadi Rp 44,5 triliun.
Baca Juga: Tiga Bank Besar Mencetak Untung Gede, Laba Bersih BCA Naik Paling Kencang
Pendapatan bunga ini terhitung efektif sebab, perseroan juga menurunkan coverage ratio sebesar 21,28% secara tahunan serta diiringi dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional yang berhasil ditekan hingga tumbuh terkendali di single digit.