Reporter: Arief Ardiansyah, Megel Jekson, Tri Sulistiowati, Nina Dwiantika, Dian Pitaloka Saraswati, Anastasia Lilin Y | Editor: Imanuel Alexander
Jakarta. Bank-bank penerbit kartu kredit kini harus bekerja lebih keras. Aturan baru kartu kredit dari Bank Indonesia (BI) sungguh menekan ruang gerak mereka. Mulai tahun ini, mereka tidak bisa lagi sembarangan menerbitkan kartu kredit buat nasabah.
Ada banyak persyaratan bagi calon nasabah sebelum layak menyelipkan kartu plastik buat berutang di dompet mereka. BI mengatur mekanisme penyesuaian kepemilikan kartu kredit yang berlaku 1 Januari lalu. Beleid ini mensyaratkan usia pemilik kartu kredit itu minimal 21 tahun dan berpendapatan minimal Rp 3 juta per bulan. Adapun nasabah berpenghasilan Rp 3 juta - Rp 10 juta hanya bisa memiliki dua kartu kredit dan mendapat total plafon maksimal tiga kali pendapatan.
Tak cukup sampai di situ. BI juga mematok suku bunga kartu kredit maksimal 2,95% per bulan atau 35,4% per tahun. Batas maksimal bunga ini berlaku untuk transaksi belanja maupun transaksi tarik tunai.
Bank pun berharap pembatasan besaran bunga tersebut dapat menarik calon nasabah untuk mengajukan aplikasi kartu kredit dan rajin melakukan transaksi kartu kredit. Harapan pertumbuhan outstanding dan jumlah pemegang kartu kredit ini tecermin dari Survei Perbankan BI yang tumbuh masingmasing 15,7% dan 9,1%.
Nyatanya, Direktur Konsumer dan Ritel PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Darmadi Sutanto menyebut, aturan pembatasan kepemilikan menurunkan jumlah pengajuan kartu kredit. Khusus BNI, penurunannya sampai 50%. “Adapun penurunan suku bunga tak berpengaruh apa-apa,” katanya.
Meski begitu, BNI tetap menargetkan penambahan 300.000 kartu kredit baru sehingga dapat menembus target dua juta pemegang kartu kredit BNI. Caranya, BNI meracik strategi penambahan kartu kredit dengan membuat varian produk yang berdasar kebutuhan khusus. Misalnya, penerbitan kartu kredit klub sepakbola Chelsea FC, kartu kredit Affi nity yang bekerjasama dengan universitas, dan kartu kredit berlabel Japan Credit Bureau (JCB).
General Manager Card Center BNI Dodit W. Probojakti menyebut fokus mengejar nasabah premium sebagai strategi lain demi memperluas pasar.
Tiga tahun lalu, nasabah kartu kredit berkategori premium cuma 3%. Kini, nasabah serupa sudah 13% dan tiga tahun lagi ditargetkan menyentuh kisaran 20%. “Kesulitannya, nasabah premium umumnya lebih tertutup berbagi informasi soal pendapatan,” kata Dodit.
Lantaran tipikal nasabah tertutup, biasanya, bank penerbit menggaet data nasabah kartu kredit yang sudah ada. Dengan skim berburu di “kebun binatang”, tenaga pemasar menghubungi calon nasabah.
Model seperti ini coba dihindari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). General Manager Credit Card BRI Mohammad Helmi memilih strategi pencarian nasabah baru memanfaatkan jaringan 8.000 cabang BRI. Jenis nasabah yang diincar adalah mereka yang berpenghasilan Rp 3 juta -- Rp 10 juta. “Berebut nasabah yang sudah ada itu menghabiskan biaya dan belum tentu sukses. Kami cari peluang di tempat lain,” kata Helmi.
Optimisme bisnis kartu kredit masih terlihat di wajah Direktur Utama PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib. Bank Mega memasang target pertumbuhan kredit 20% pada tahun ini menjadi sekitar dua juta nasabah. Kostaman menggenjot pertumbuhan nasabah baru dari kerjasama dengan jaringan ritel dan merchant milik Trans Corp, saudara satu grup Bank Mega. “Model kerjasama ini membuat kartu kredit kami tumbuh pesat,” kata Kostaman.
Kisah agak pilu keluar dari Excutive Vice President Card Business Head Bank Danamon, Dessy Masry. Tahun ini, dia memasang target pertumbuhan bisnis kartu kredit 0%. Aturan yang ketat memaksa 1.000 tenaga pemasar kartu kredit Danamon mengundurkan diri. “Kami fokus menghubungi 700.000 nasabah kami untuk melengkapi dokumen,” kata Dessy.
Kembalinya Citibank
Belum hilang rasa puyeng menyiasati aturan BI, bank penerbit harus kembali menghadapi persaingan dengan raksasa bisnis kartu kredit, Citibank. Awal Mei ini, Citi menyelesaikan masa hukuman dua tahun dari BI lantaran kasus kematian nasabah kartu kredit mereka dua tahun lalu.
Kabarnya, mereka tengah menyiapkan “acara” relaunch bisnis kartu kredit. Pantauan di lapangan, tawaran telemarker Citibank mulai berdatangan. Director Country Corporate Affairs Head Citi Indonesia Agung Laksamana enggan mengonfirmasi kabar tersebut. “Fokus dan prioritas kami adalah memberi pelayanan terbaik kepada nasabah,” katanya.
Kepala Divisi Kartu Kredit PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso mengakui, kehadiran kembali Citibank pasti mempengaruhi bisnis kartu kredit. Namun, dia yakin Citibank juga akan mengalami kesulitan yang sama dengan bank penerbit lain dalam mengakuisisi kartu baru. Terlebih adanya batasan kepemilikan kartu bagi nasabah. “Mereka memang spesialis kartu kredit, tapi cabangnya terbatas,” kata Santoso.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 33 - XVII, 2013 Laporan Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News