kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.764   -4,00   -0,03%
  • IDX 7.467   -12,81   -0,17%
  • KOMPAS100 1.154   -0,21   -0,02%
  • LQ45 915   1,11   0,12%
  • ISSI 226   -0,98   -0,43%
  • IDX30 472   1,27   0,27%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,15   0,11%
  • IDXV30 140   1,01   0,73%
  • IDXQ30 157   0,31   0,20%

Pengetatan likuiditas di tahun 2018 turut menjangkiti perbankan syariah


Kamis, 31 Januari 2019 / 18:36 WIB
Pengetatan likuiditas di tahun 2018 turut menjangkiti perbankan syariah


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya likuditas perbankan sepanjang 2018 tak hanya menyerang bank konvensional, bank syariah juga ikut kena imbas. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh melambat.

PT Bank BCA Syariah misalnya, sepanjang 2018 mampu menghimpun Rp 5,50 triliun DPK, dengan pertumbuhan 16,27% secara year on year (yoy). Capain ini melambat dibandingkan ikhtiar penghimpunan dana pada 2017 yang berhasil terkumpul Rp 4,73 triliun dengan pertumbuhan 23,17% dibandingkan 2016 senilai Rp 3,84 triliun

"Tahun ini, saya kira likuiditas di perbankan akan tetap ketat yang juga akan berimbas melambatnya penyaluran pembiayaan," kata Direktur Utama BCA Syariah John Kosasih kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).

Di sisi lain pertumbuhan pembiayaan BCA Syariah juga ikut melambat. Sepanjang 2018 perseroan telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 4,89 triliun, tumbuh 16,70%. Melambat dibandingkan pembiayaan sepanjang 2017 senilai Rp 4,19 triliun, dengan pertumbuhan 16,70% dibandingkan 2016 senilai Rp 3,84 triliun.

John menambahkan perlambatan DPK masih akan terjadi akibat perebutan dana masyarakat antar pemerintah dan perbankan. Maklum, sepanjang 2019, pemerintah hendak menerbitkan sepuluh Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang menawarkan imbal hasil di atas perbankan.

"Memang SBN ritel ikut menarik dana masyarakat dengan imbal hasil lebih tinggi dan perlu dicermati oleh setiap praktisi," sambungnya.

Namun hal berbeda diungkapkan oleh Group Head Retail Deposit Group PT Bank Mandiri Syariah Ivan Baruna. Sebaliknya, Ivan bilang penerbitan SBN ritel bisa jadi momentum bank menarik DPK.

Mandiri Syariah sendiri, menjadi salah satu mitra distribusi yang menawarkan Sukuk Tabungan seri ST003 yang akan mulai dijual ke khalayak 1 Februari 2019. "Kami upayakan untuk in line. Jadi untuk calon investor baru akan diarahkan juga untuk membuka rekening Mandiri Syariah," katanya.

Pertumbuhan DPK di Mandiri Syariah sendiri memang turut melambat tipis. Sepanjang 2018, perseroan berhasil mengumpulkan DPK senilai Rp 86,24 triliun, tumbuh 10,70%. Sementara pada 2017 penghimpunan DPK perseroan mencapai Rp 77,90 triliun, tumbuh 11,37% dibandingkan 2016 senilai Rp 69,95 triliun.

Sementara pertumbuhan pembiayaan Mandiri Syariah justru terakselerasi. Kinerja pembiayaan perseroan pada 2018 bertumbuh 11,42% yoy dengan nilai penyaluran Rp 67,50 triliun. Sedangkan pada 2017, perseroan berhasil menyalurkan pembiayaan senilai Rp 60,58 triliun, tumbuh 9,00% dibandingkan 2016 senilai Rp 55,58 triliun.

Sebagai tambahan, perlambatan pertumbuhan DPK juga terjadi di PT Bank BNI Syariah. Sepanjang 2018, perseroan berhasil menghimpun DPK senilai Rp 35,49 triliun dengan pertumbuhan 20,83% yoy.

Sementara pada 2017, DPK yang berhasil dikumpulkan perseroan mencapai Rp 29,37 triliun dengan pertumbuhan 21,15% dibandingkan 2016 senilai Rp 24,23 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×