kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski tumbuh double digit, kinerja BCA Syariah melambat


Kamis, 31 Januari 2019 / 18:00 WIB
Meski tumbuh double digit, kinerja BCA Syariah melambat


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank BCA Syariah mencatatkan pertumbuhan kinerja double digit sepanjang 2018. Sayangnya, kinerja tersebut terhitung melambat dibandingkan 2017.

Sepanjang 2018, BCA Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp 54,2 miliar, tumbuh 13,15% (yoy). Sementara pada sepanjang 2017, BCA meraih laba bersih Rp 47,9 miliar, tumbuh 30,16% (yoy) dibandingkan laba bersih pada 2016 senilai Rp 36,8 miliar.

Penyaluran pembiayaan BCA Syariah juga ikut melambat, meski sebenarnya masih tumbuh double digit. Sepanjang 2018 BCA Syariah telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 4,89 triliun, tumbuh 16,70% (yoy).

Melambat dibandingkan pembiayaan sepanjang 2017 senilai Rp 4,19 triliun, dengan pertumbuhan 16,70% (yoy) dibandingkan 2016 senilai Rp 3,84 triliun.

Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih menyatakan, meski melambat kinerja BCA Syariah masih on track.

"Pertumbuhan kami menurut saya stabil dan kami melakukan strategi yaitu quality growth. Dimana non performing financing (NPF) gross masih 0,35%, dan NPF net 0,28%," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (31/1).

Dengan kinerja yang melambat, pertumbuhan aset BCA Syariah pun ikut terseret. Hingga 2018, BCA Syariah tercatat punya aset senilai Rp 7,06 triliun dengan pertumbuhan 18,45% (yoy). Melambat dibandingkan 2017 dengan aset senilai Rp 5,96 triliun, dan pertumbuhan 19,43% (yoy) dibandingkan 2016 senilai Rp 4,99 triliun.

Untuk memperbaiki kinerja, John bilang tahun ini BCA Syariah akan melanjutkan ekspansi dengan menambah jaringan, melakukan sosialisasi kanal transaksi elektronik dan digital.

"Tahun ini, target pertumbuhan kami di kisaran 12%-15%. Lebih tinggi dari proyeksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI)," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×