Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank terus berupaya mengoptimalkan penjualan aset-aset dari kredit bermasalahnya, termasuk yang sudah hapus buku atau write off. Hal ini dilakukan untuk menekan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL), sekaligus menambah pendapatan non bunga bagi bank.
Berdasarkan laporan keuangannya, selama periode tiga bulan pertama tahun 2024 atau Kuartal I-2024, bank-bank besar, terutama bank pelat merah telah membukukan pendapatan recovery dari penjualan aset yang meningkat secara tahunan.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya, telah mengantongi pendapatan non bunga dari recovery aset sebesar Rp 4,16 triliun pada Kuartal I-2024, naik 42,7% secara tahunan (year on year/YoY) dari periode tahun sebelumnya Rp 2,92 triliun.
Sejalan dengan itu, rasio NPL BRI terkendali di kisaran 3,11% per Maret 2024, dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik, dari 16,39% pada Kuartal I-2023, menjadi 12,70% pada Kuartal I 2024.
Baca Juga: BRI Raih Tiga Gelar Bergengsi Euromoney Trade Finance Award 2024
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto sebelumnya mengatakan pemulihan aset kredit BRI akan terus ditingkatkan di 2024, dengan menempuh skema lelang maupun penjualan bulk, serta bekerjasama dengan para broker property, hingga balai lelang.
Tahun ini Agus memproyeksikan penjualan agunan dari kredit bermasalah meningkat 45% YoY sejalan dengan kondisi ekonomi dan pasar yang stabil.
Bank pelat merah lainnya seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga terus berupaya mengoptimalkan penjualan aset bermasalahnya tahun ini.
Direktur Asset Management BTN Elisabeth Novie Riswanti mengatakan, saat ini BTN sedang dalam proses pelaksanaan penjualan aset tahap 2 sebagai salah satu inisiatif bank dalam rangka meningkatkan pendapatan Bank dan menurunkan rasio kredit bermasalah.
"Sebagian besar kredit bermasalah yang akan dijual merupakan kredit komersial yang didominasi oleh high rise building dan juga untuk pelaksanaan asset sales di tahun 2024 akan melibatkan penjualan dari kredit consumer," kata Novie kepada Kontan, Senin (20/5).
Adapun target BTN tahun ini untuk mengurangi porsi kredit bermasalah serta target pendapatan recovery yakni sebesar Rp 2 triliun dari skema asset sales. Dengan upaya penjualan aset bermasalah tersebut, diharapkan dapat menekan rasio NPL di bawah 3% hingga akhir tahun 2024.
Jika melihat laporan presentasi BTN, bank ini mencatatkan pendapatan recovery sebesar Rp 98 miliar pada kuartal I-2024, naik 6,9% YoY dari periode tahun sebelumnya Rp 92 miliar.
Baca Juga: Usai Cross Ownership, Lippo dan MNC Tempatkan Perwakilan Direksi di MNC Bank dan NOBU
Sejalan dengan itu, rasio NPL BTN membaik secara tahunan dari sebelumnya 3,5% menjadi 3% per Maret 2024, dengan rasio LAR yang membaik, dari 24,2% pada Kuartal I-2023, menjadi 21,6% pada Kuartal I 2024.
Di sisi lain manajemen PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengaku telah menuntaskan penjualan aset bermasalahnya. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyebut penghapusbukuan kredit telah dilakukan secara selektif.
Ke depan, BCA optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga.
"Kami mencatat bahwa penyelesaian aset bermasalah sudah sesuai dengan target dan timeline yang ditetapkan perseroan, bekerja sama dengan stakeholders terkait dan sesuai ketentuan yang berlaku," kata Hera.