Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan melambat. Aturan pembatasan rasio nilai kredit atau loan to value (LTV) yang disertai dengan pelemahan pertumbuhan ekonomi menjadi penyebab.
Kelompok bank besar hanya mencatat pertumbuhan KPR tidak lebih dari 3% atau di bawah rata-rata pertumbuhan pasar 12%. Misalnya, Bank Negara Indonesia (BNI) hanya mencatat pertumbuhan KPR sebesar 3% menjadi Rp 33,09 triliun per kuartal I/2015. Bandingkan dengan Rp 32,14 triliun per kuartal I/2014. Secara kuartal ke kuartal turun 0,74%.
Anggoro Eko Cahyo, Direktur Konsumer BNI, mengatakan, KPR cuma tumbuh 3% karena imbas aturan pengetatan uang muka. BNI paling terkena dampak aturan besar LTV dan rumah inden untuk KPR pertama dan selanjutnya. Apalagi, segmen nasabah KPR BNI adalah masyarakat di Jakarta yang sebagian besar membeli rumah untuk rumah kedua yang tidak boleh inden. “Jika aturan LTV diperlonggar maka penyaluran KPR akan bergairah kembali,” katanya.
BNI membidik pertumbuhan KPR sebesar 10% pada tahun ini dengan ancar-ancar pemberian kredit baru untuk perumahan sebesar Rp 33,34 miliar atau dengan outstanding kredit KPR sekitar Rp 36,67 triliun pada akhir tahun 2015.
Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga menjelaskan, permintaan kredit perumahan terus menurun karena ekonomi yang menurun, terlebih nasabah harus membayar uang muka atau down payment (DP) lebih besar. “Kami telah mengurangi bunga KPR untuk mencari pasar,” ucapnya.
Bank asal Malaysia ini mencatat pertumbuhan KPR sebesar 2,3% atau senilai Rp 22,66 triliun per kuartal I/2015, dibandingkan posisi Rp 22,14 triliun per kuartal I/2014. Sedangkan dari sisi kuartal ke kuartal hanya tercatat pertumbuhan 0,8%.
Bianto Surodjo, Direktur Retail Banking Bank Permata, mengakui, permintaan kredit rumah semakin menurun karena pertumbuhan ekonomi yang melambat sehingga pendapatan masyarakat terus menurun. “Kami harapkan kuartal II/2015 ada perbaikan pada pembiayaan perumahan,” ucap Bianto.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI), kredit untuk pemilikan rumah tinggal tumbuh 12,49% menjadi Rp 303,48 triliun per Februari 2015, dibandingkan posisi Rp 269,77 triliun per Februari 2014. Sedangkan, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 2,56% per Februari 2015, atau naik 50 bps dibandingkan posisi 2,50% per Februari 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News