Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Tahun lalu, selera perbankan terhadap kredit konstruksi membesar. Sayang, pertumbuhan kredit konstruksi dibarengi dengan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Mengacu data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kucuran kredit ke sektor konstruksi mengalir sebesar Rp 116,09 triliun sepanjang tahun 2013. Jumlah ini tumbuh 21,02% dibandingkan akhir tahun 2012 yang sebesar Rp 95,92 triliun.
Asal tahu saja, prestasi ini melampaui rata-rata pertumbuhan kredit perbankan yang sebesar 21,2%. Sayang, pada periode sama, NPL kredit konstruksi naik menjadi 4,7% di akhir 2013 dari tahun sebelumnya 3,4%.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi salah satu bank yang menikmati pertumbuhan. Tahun lalu, kredit sektor konstruksi BRI mencapai Rp 11 triliun, tumbuh 12,24% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp 9,8 triliun. "NPL kami sedikit membaik menjadi sebesar 2,3%," ujar Sekretaris Perusahaan Bank BRI muhamad Ali kepada KONTAN, Jumat, (28/2).
Ali menambahkan, angka NPL menurun karena proyek konstruksi yang dibiayai BRI tidak mengalami kendala ataupun molor.
Tahun lalu, kredit konstruksi BRI hanya 2,55% dari total kredit BRI yang sebesar Rp 430,62 triliun. Sedikit berbeda, hingga akhir tahun 2013 lalu, NPL kredit konstruksi Bank Danamon menempati posisi tertinggi dibandingkan sektor lain.
NPL kredit konstruksi Danamon sebesar 3,8%. Tertinggi dibandingkan NPL sektor perdagangan 2,5%, disusul sektor properti 1,9%. Namun, NPL sektor konstruksi Danamon ini membaik dari posisi 3,9% di tahun 2012. Tahun lalu, Danamon mengucurkan kredit konstruksi sebesar Rp 3,81 triliun atau 3,7% dari total kredit yang sebesar Rp 103,89 triliun.
"Kredit ke sektor ini masih kecil, sehingga NPL tidak berdampak besar," kata Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon.
Tren pertumbuhan ini sejalan dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar perbankan meningkatkan kredit investasi. Sebab, porsi kredit investasi masih mini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News