Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kebutuhan belanja modal alias capital expenditure (capex) industri perbankan semakin membesar setiap waktu. Tapi, peningkatan nilai belanja modal tidak serta merta membuat bank terburu-buru untuk merealisasikan penggunaannya.
Ambil contoh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Tahun ini, BRI menganggarkan capex senilai Rp 4 triliun, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp 3 triliun. Haru Kusmahargyo, Direktur Keuangan BRI menuturkan, hingga kuartal I–2015, penyerapan capex BRI baru 12%.
Mengacu pada nilai capex tahun ini, maka bank spesialis kredit mikro ini baru menggunakan dana senilai Rp 480 miliar. "Realisasi capex, sebagian besar untuk kebutuhan teknologi informasi," kata Haru kepada KONTAN, Selasa (12/5). Soal minimnya penyerapan capex disebabkan siklus kebutuhan pendanaan di awal tahun belum besar.
Haru menambahkan, Hal tersebut tidak lantas menyebabkan BRI lantas akan memangkas anggaran. Tahun ini, BRI berencana membuka 400 kantor cabang tambahan; sebanyak 20 unit berupa kantor cabang, dan sisanya teras BRI.
Demikian juga dengan Bank Central Asia (BCA). Raymon Yonarto, Kepala Divisi Perencanaan dan Keuangan BCA bilang, kebutuhan penyerapan capex pada awal tahun memang tidak besar. Dia memprediksi, sebagian besar penggunaan capex BCA bakal terealisasi di semester kedua.
Tahun ini, BCA menganggarkan capex sebesar Rp 3 triliun atau naik dari tahun lalu Rp 2,5 triliun. "Sebagian besar untuk teknologi informasi, perluasan kantor cabang dan penambahan ATM," kata Raymon.
Sementara itu, Bank Bukopin menyiapkan capex senilai Rp 143 miliar tahun ini. Kata Glen Glenardi, Direktur Utama Bukopin, anggaran tersebut naik 17% dari capex Bukopin di 2014. Glen menegaskan, capex Bukopin akan difokuskan untuk kebutuhan pengembangan teknologi informasi.
Glen menambahkan, Bukopin juga akan menggunakan capex untuk menambah jumlah kantor jaringan. "Yang terdiri dari dua kantor cabang, 51 cabang pembantu, dan 26 kantor kas," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News