Reporter: Nina Dwiantika, Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Perbankan Indonesia memang jago mencetak laba besar. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), selama lima bulan pertama tahun 2013 ini, perbankan berhasil mencatatkan laba bersih Rp 42,7 triliun, tumbuh 17,45% dibandingkan periode sama tahun lalu. Ini merupakan pertumbuhan laba normal.
Kinerja di bulan Mei ini memang agak anomali. Pasalnya, pertumbuhan kredit bank sejatinya melambat, dari rata-rata 22% secara tahunan, menjadi hanya 21,03% atau setara Rp 2.909,09 triliun. Walhasil, pertumbuhan pendapatan bunga bank pun hanya 12%, menjadi Rp 176,4 triliun.
Margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM) pun turun, bahkan sudah sejak awal tahun, dari 5,53%, menjadi 5,41%. Begitu juga pendapatan non-bunga atau fee based income yang juga susut 8,11% dari Rp 76,58 triliun, menjadi Rp 81,71 triliun.
Kesuksesan bank mempertahankan laba nyatanya datang dari efisiensi. Bank berhasil menekan pertumbuhan beban bunga. Mei lalu, pertumbuhan beban bunga hanya 6,5% atau menjadi Rp 81,71 triliun. Biasanya beban pertumbuhan beban bunga di kisaran 8%. Hal ini menandakan bank mengandalkan sumber dana murah (tabungan dan giro) dan mengurangi dana mahal (deposito).
Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baequni mengatakan perbankan gencar menarik dana murah demi menurunkan biaya dana dan lebih mengandalkan peningkatan volume kredit ketimbang memainkan bunga. "Kondisinya dilematis, jika bank menaikkan bunga kredit,bisa berakibat kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan," ujarnya, kemarin.
Kredit siap anjlok
Tapi ke depan era laba besar segera berakhir. Penyebabnya, kenaikan BI rate 75 basis poin dalam 2 bulan memberi tekanan ke bank agar memberikan bunga simpanan lebih kompetitif. Dampaknya, biaya dana naik dan bunga kredit akan mekar. Jika sudah begini daya serap masyarakat akan kredit akan semakin rendah.
Direktur Utama Bank Jawa Barat Banten (BJB) Bien Subiantoro mengatakan tahun ini laba bank berpotensi menurun karena margin tertekan seiring pelemahan kredit akibat pelemahan ekonomi Indonesia. BJB berusaha menjaga laba dengan meningkatkan efisiensi, menunda rencana ekspansi cabang di luar Jawa Barat dan mengerem kredit komersial agar tak sediakan pencadangan besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News