Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
Di sisi lain, hingga Agustus 2023, CIMB Niaga juga berhasil mencatatkan kenaikan laba mencapai 30,67% yoy menjadi Rp 4,18 triliun. Pendapatan bunga bersih perseroan juga tercatat mencapai Rp 8,48 triliun atau meningkat 1,05%.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, kinerjanya di kuartal III ini secara keseluruhan loan tumbuh positif, dimotori oleh ritel dan UMKM. CASA juga tumbuh positif, terutama dari CASA di ritel & UKMĀ dan giro di Commercial.
"Untuk tahun depan kami masih tetap optimis untuk sektor ritel dan UKM masih bisa tetap tumbuh, namun untuk korporasi mungkin akan lebih konservatif," katanya.
Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank bjb juga mengatakan, kinerja bisnis perseroan di kuartal III/2023 terus tumbuh positif. Terlihat hingga Agustus 2023 kredit yang berhasil disalurkan perseroan mencapai Rp 114,94 triliun atau meningkat 10,62%.
"Hingga akhir tahun kami membidik pertumbuhan kredit di level 9-11% dan kami melihat pertumbuhannya masih on track sesuai guidance," ujar Yuddy.
Sementara itu, Yuddy juga meyakini di tahun depan tahun pemilu, meski beberapa segmen bisnis biasanya mengerem di beberapa segmen, namun potensi tetap ada, UMKM pemasok kebutuhan logistik pemilu akan meningkat permintaannya, sehingga membutuhkan modal kerja tambahan, KPR juga permintaan nya diproyeksikan terus meningkat, terutama rumah bersubsidi.
Baca Juga: Dukung Sektor Pendidikan, Bank Mandiri Perkuat MoU dengan Universitas Indonesia
"Bank perlu cermat dalam melihat peluang dan risiko di tahun politik ini, agar ekspansi tetap dapat dilakukan dengan kualitas yang terjaga baik," katanya.
Praktisi perbankan badan usaha milik negara (BUMN) dan Peneliti Lembaga Ekonomi, Sosial, dan Ekosistem Digital (ESED) Chandra Bagus Sulistyo menilai, kinerja perbankan nasional di kuartal III-2023 terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga, sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu melakukan mitigasi dengan baik ditengah kondisi gejolak suku bunga global yang ada.
Chandra juga memproyeksikan Net Interest Margin (NIM) Perbankan per September 2023 masih cukup atraktif dengan perkiraan 4,8%-5,1%, untuk likuiditas perbankan diperkirakan dalam level memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang terjaga, dimana rasio alat likuid/NCD mencapai antara 118,50%-119%, dan AL/DPK di 27%.
"Intermediasi perbankan juga berjalan normal dalam menopang perekonomian, baik di sisi pembiayaan, kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Per September 2023 pertumbuhan kredit diproyeksi meningkat 9%-9,2% yoy dengan pertumbuhan tertinggi ada pada kredit investasi sekitar 12% yoy," jelas Chandra.
Menurutnya, kinerja perekonomian global saat ini masih melemah, terlihat belum usai ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina, dan diperparah dengan kecamuk perang antara Israel dan Palestina.
Aksi mendukung dan kontra disebut Chandra akan menjadi penghambat alur supply berbagai komoditas, termasuk energi, BBM, pangan, dan lainnya.
"Dengan melihat kondisi makro ekonomi baik global maupun domestik di mana Rencana Bisnis Bank (RBB) bisa disesuaikan, saya memperkirakan target akhir tahun pada kinerja perbankan akan tercapai tentunya dengan revisi RBB yang ada," katanya.
Baca Juga: Strategi IBK Bank Bidik Pertumbuhan DPK 23,8% Hingga Akhir Tahun
Sementara itu, Chandra memproyeksikan kinerja perbankan di tahun depan cukup challenging, karena dari sisi global masih mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi, dan itu akan mempengaruhi kinerja perbankan.
Selain itu, dalam negeri sendiri tercermin pada ekonomi di saat pemilu, selalu terjadi stagnasi tapi itu sifatnya sesaat. Ia memperkirakan saat tahun pemilu, pada kuartal III dan IV kinerja bisnis mulai membaik dan tumbuhnya luar biasa.
"Biasanya di awal-awal program presiden terpilih akan menunjukkan performa kinerja yang bagus dan ini menjadi momentum perbankan di 2023, prospeknya masih sangat bagus, mudah-mudahan pemilu yang akan di lalui di 2024 tidak terjadi carut marut karena akan berdampak kemana-mana," tambahnya.
DI sisi lain, Chandra menegaskan, ke depan perbankan harus memitigasi kredit dan kecukupan likuiditas. Hal tersebut harus dilakukan dengan memahami sektor eknomi dan debitur yang terdampak beserta kinerjanya seperti apa.
Bank juga wajib mempunyai peta navigasi baru untuk menghadapi tantangan di tahun 2024, sehingga bisa di mitigasi di awal dampak global dan domestik yang ada.
Bank juga harus fokus pada industri yang prospektif, bank harus tebang pilih pada sektor-sektor yang exist dan mampu tumbuh di tahun 2024-2025.
Selain itu, kata Chandra bank dapat mengimplementasikan ekosistem digital untuk menggarap bisnis yang ada, karena ekosistem digital merupakan sumber daya teknologi informasi yang saling terhubung dan dan dapat berfungsi sebagai sebuah unit.
"Sehingga harapannya bank bisa menggarap ekosistem digital dengan baik, dan ini bisa menjadi pundi-pundi pendapatan perbankan di tahun 2024-2025," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News